top of page
Search

Narasi Perjuangan - Sabihisma Nafsiah Putri Hermawan

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 16, 2019
  • 8 min read

Narasi perjuangan

Oleh: Sabihisma Nasiah Putri Hermawan

Perkenalkan nama saya Sabihisma Nafsiah Putri Hermawan atau biasa dipanggil Isma dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2019. Saat Sekolah Menengah Atas saya bersekolah di SMA Negeri 11 Depok, berada di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat.

Pandangan saya terhadap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah pandangan kagum, pandangan takjub, dan pandangan yang membuat saya selalu berkhayal untuk mendapatkannya. Apalagi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah salah satu Fakultas Kedokteran terbaik dan tertua di Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga memiliki banyaknya prestasi-prestasi yang dapat membawa nama baik Indonesia di kancah nasional maupun internasional. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga menghasilkan banyaknya alumni yang berkompeten.

Motivasi saya untuk masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah untuk menyembuhkan mereka yang sedang sakit. Menyembuhkan dan membantu mereka yang membutuhkan pertolongan. Menjadi dokter juga sudah menjadi ctita-cita saya sejak kecil. Walaupun dulu saya memilih menjadi Dokter Gigi, tetapi pada akhirnya saya memilih kedokteran. Saya semakin ingin tahu dan ingin menjadi dokter ketika saya belajar biologi, dan berjuang bersama teman-teman saya yang dulu juga ingin menjadi dokter. Dikeluarga saya belum ada yang menjadi dokter, saya ingin sekali membanggakan kedua orang tua dengan menjadi dokter di keluarga. Saya juga ingin mengetahui lebih spesifik tentang penyakit yang ayah, kakek, dan adik sepupu saya alami. Ayah menghidap penyakit “pembunuh senyap” yang termasuk dalam penyebab nomor 3 kematian di Indonesia, yang dikenal sebagai penyakit diabetes mellitus. Kakek dari ayah mengidap penyakit kanker hati. Sedangkan kakek dari ibu memiliki penyakit jantung, dan adik sepupu saya yang baru-baru ini terkena penyakit flek pada paru-paru. Penyakit yang mereka alami membuat saya ingin terus berjuang agar bisa menjadi dokter. Motivasi saya adalah untuk menyembuhkan mereka dengan semampu saya, walapun mungkin hanya berkurang beberapa persen, saya berharap kehadiran saya nanti saat menjadi dokter, dapat menjadi kebahagiaan dan mungkin dapat membuat mereka optimis untuk sembuh. Saya juga tahu perjalanan menjadi dokter tidaklah mudah, akan ada banyaknya rintangan yang saya dan angkatan saya akan alami. Tidak sembarangan orang yang bisa menjadi bagian dari warga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Terbuktinya saya dan angkatan saya menunjukkan bahwa kami layak, kami bisa. Menjadi dokter juga harus ikhlas, harus mengabdi kepada masyarakat, dan tulus menjalani tugas. Menjadi dokter juga harus berada di daerah 3T atau yang biasa disebut dengan masyarakat daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar. Saya juga ingin mengikuti kegiatan sosial, memberikan edukasi tentang kesehatan kepada mereka yang berada di daerah pelosok. Saya berharap saya bisa menjadi dokter yang amanah dan juga baik terhadap pasien.

Usaha saya menjadi mahasiswi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga bukanlah perjalanan yang mudah. Saya bukanlah lulusan dari sekolah yang terkenal, bukan juga dari sekolah yang memiliki banyaknya fasilitas, dan bukan dari sekolah unggulan. Saya berusaha semampu saya untuk bisa menjadi dokter yang diawali dengan menjadi mahasiswi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Perjalanan saya dimulai dari saya dari kelas 10. Saat itu saya berusaha sekali untuk belajar dan mengikuti pelajaran yang diberika oleh guru. Belajar yang jelas pelajarannya lebih sulit dari masa Sekolah Menangah Pertama. Saya sempat mendapatkan nilai yang buruk, sampai pada akhirnya ibuku menyarankan agar aku mengikuti bimbel, bimbel privat. Disaat itu saya berfikir, apakah saya bisa jika menggunakan bimbel privat dan belajar dengan baik dan benar?. Sampai dimana saya menyetujui apa yang ibu saya sarankan. Belajar bersama guru privat awalnya canggung, namun dengan seiring waktu dapat berjalan dengan lancar, dan setelah beberapa minggu les bimbel, bertemulah dengan Ujian Tengah Semester yang biasa disebut dengan UTS. Nilai saya naik, meningkat secara pesat, mendapatkan nilai yang memuaskan. Tetapi tidak sampai situ, saya tahu perjalanan saya masih ada 2 tahun lagi, yang harus saya tempuh untuk lulus dari Sekolah Menengah Atas. Saat kelas 11 di Sekolah Menengah Atas pada awal semester saya kembali mengalami naik dan turunnya nilai, yang saat itu membuat saya berfikir apakah bisa saya mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri? Perjalanan saya berlanjut ke kelas 12 saya kembali mendapatkan nilai yang bagus saat semester 1. Berlanjut ke semester dua saat saya dipermainkan oleh Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau yang biasa disingkat dengan SNMPTN. Pada pengecekan pagi-pagi untuk melihat apakah saya dinyatakan ada dikuota Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau tidak. Saat jam 10 pagi, nama saya ada dan masuk kedalam kuota SNMPTN. Namun, ketika jam 12 siang, ketika saya ingin memastikan, ternyata di website berubah. Saya dinyatakan tidak masuk dalam kuota SNMPTN. Dikarenakan saat itu sedang ada kesalahan teknis. Saat itu saya kecewa, sedih, saya kira saya bisa mendapatkannya, ternyata tidak. Bisa dibilang kalau saya diberikan harapan palsu. Setelah itu saya mulai sadar untuk tidak terlalu berharap akan suatu hal yang belum tentu pasti.

Setelah itu saya mulai kembali mendaftar di Perguruan Tinggi Swasta mengambil jurusan Pendidikan Kedokteran dan Pendidikan Dokter Gigi. Pada saat itu saya masih kelas 12 semester 2, saya mengikuti ujiian pada pagi hari pukul 08.00, dan setelah itu diberitahu jika pengumuman hasil ujian akan muncul pada sore hari. Namun, ternyata saat pengumuman sore hari itupun saya masih ditolak. Sehabis saya ditolak kuota SNMPTN dan Perguruan Tinggi Swasta tersebut saya menghadapi Ujian Nasional (UN). Seminggu sebelum saya menghadapi Ujian Nasional saya terkena penyakit DBD atau biasa disebut dengan demam berdarah. Saya dirumah sakit sampai hari pertama, kedua, ketiga saat teman-teman saya melakukan Ujian Nasonal. Akhirnya saya keluar dari rumah sakit 2 hari sebelum Ujian Nasional hari ke empat. Ujiannya berjalan dengan hikmat dan tenang. Setelah itu, saya masih terus mendaftar pada beberapa Perguruan Tinggi Swasta, pada jurusan Farmasi dan Pendidikan Dokter Gigi. Tidak lupa juga saya mendaftarkan diri saat sekolah mendapat undangan dari Institut Pertanian Bogor yang juga termasuk bagian dari Universitas Indonesia. Sampai pada akhirnya pengumuman pada jalur Undangan Seleksi Masuk IPB atau kerap disingkat dengan USMI. Di USMI Alhamdulillah saya mendapatkan kata “selamat kamu diterima”, saya senang sekali, kedua orang tua juga merasa senang pada akhirnya saya dapat diterima. Namun, disaat yang bersamaan pengumuman dari Perguruan Tinggi Swasta jurusan Farmasi diumumkan, dan Alhamdulillah saya keterima juga. Saat itu saya bingung untuk memilih antara PTN dan PTS. Sampai pada akhirnya saya memilih jurusan Farmasi yang berada di Perguruan Tinggi Swasta. Rasanya saat itu berat untuk memiih, tetapi saya yakin pasti ada makna dibalik itu semua. Lalu, dilanjut dengan ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi atau SBMPTN. Saya mengikuti dua kali ujian, saat pemilihan jurusan saya memilih Pendidikan Dokter Gigi dengan berbeda universitas. Tetapi, pada saat pengumuman saya di tolak kembali. Saya bingung saat itu, saya ingin sekali menjadi dokter, seperti yang awal-awal saya bilang, dulu saya ingin sekali menjadi dokter gigi namun seiring waktu keinginan saya berubah menjadi Kedokteran. Sampai pada akhirnya saya mengikuti ujian di salah satu PTS yang mempunyai jurusan Kedokteran Gigi, pada bulan Juni, dan pengumuman pada bulan Juli. Sampai pada hari pengumuman, dan lagi saya Alhamdulillah diterima. Namun, biaya pendaftaran ditutup dengan cepat. Ingat sekali pada saat pengumuman itu saya senang sekali, tetapi ada yang membuat saya bingung, saya sudah mendaftar Seleksi Masuk Universitas Indonesia atau disebut dengan SIMAK UI. Ujian terakhir saya adalah SIMAK UI, dimana saat itu saya harus memilih antara melepas PTS dan berjuang untuk mendapatkan SIMAK UI. Disaat itu saya harus memilih pilihan yang sulit, jika saya melepas PTS, apakah saya bisa keterima di SIMAK UI? Sampai pada kesimpulan saya melepas PTS dan berjuang di SIMAK UI. Disaat seperti itu yang saya lakukan hanya terus berdoa semoga apa yang saya pilih mendapatkan hasil terbaik. Setelah itu, sampailah pada pengumuman SIMAK UI. Saya antara berharap banyak dan tidak, karena saya merasa saat ujian saya masih ada beberapa jawaban yang saya rasa salah atau bahkan hasilnya bisa saja jadi minus. Saya saat itu juga takut untuk terlalu berharap, tetapi saya percaya bahwa Allah SWT dapat mengabulkan doa-doa saya. Sampai pada jam 14.00 31 Juli 2019. Saya masih belum berani untuk membuka website, sampai ibu saya menelfon dan mengatakan bahwa saya diterima di SIMAK UI. Saya senang, terhatu, bangga, dan berbagai macam reaksi lainnya.

Kesan saat sebelum membuka pengumuman, saya merasa deg-degan. Selama sepuluh hari jangka pengumuman dengan ujian, membuat saya setiap hari merasa tidak tenang, yang saya perlu tahu satu satunya jalan yang saya bisa lakukan adalah berdoa, dan percaya bahwa saya bisa diterima. Selama sepuluh hari terasa seperti di ambang-ambang. Sampai pada saat dan setelah pengumuman. Detik itu saya langsung diam, lalu teriak, entah tetapi saat itu saya merasakan seperti teriakan lega. Saya juga merasa bangga dan terharu pada diri saya. Bahwa saya, yang bukan dari sekolah unggulan juga bisa dan layak. Disaaat itu saya juga terus berdoa semoga hasilnya tidak berubah, pengalaman yang saya alami di Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri membuat saya takut jika hasilnya bisa berubah. Apalagi saat itu SIMAK UI adalah ujian terakhir dan pengumuman terakhir yang membuat saya sangat berharap untuk mendapatkannya. Agar cita-cita saya dapat terwujud. Saya juga bersyukur dan berterimakasih kepasa Allah SWT, keluarga, teman, dan mereka yang mendukung.

Harapan yang ingin saya raih untuk saya sendiri. Saya berharap bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi setelah menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya juga beraharap dapat mewujudkan mimpi-mimpi yang masih belum tercapai, entah saat menjadi mahasiswa atau ketika nanti saya sudah menjadi dokter. Saya juga berharap saya dapat menjalani proeses belajar dengan baik. Saya juga ingin dan berharap mendapatkan IPK yang bagus. Saya harap saya bisa lulus dengan nilai yang baik. Saya juga berharap saya bisa menjadi dokter yang bisa memberikan yang terbaik kepada pasien. Harapan saya bagi keluarga, saya berharap kedua orang tua saya tetap memberikan saya semangat saat saya menjalani pendidikan dokter, saya juga ingin membuat bangga mereka dengan lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya juga ingin mereka terus mengapresiasi usaha yang saya dan kakak saya lakukan. Saya berharap saya bisa menyembuhkan kebiasaan ayah saya yang makan dan minum obat tidak teratur. Saya ingin sekali beliau mendengarkan nasihat saya untuk makan dan meminum obat secara teratur dan mengikuti anjuran dokter. Saya berharap kedua orang tua dan kakak saya masih berdiri tegak bersama saya saat nanti saya lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya berharap sekali mereka dapat melihat saya mengucapkan sumpah dokter didepan mereka dan para teman-teman. Saya juga berterimakasih kepada keluarga saya, terimakasih saya akan terus berjuang untuk mendapatkan gelar dokter. Saya sangat berharap akan hal itu. Harapan saya untuk masyarakat, saya berharap masyarakat dapat dan mempunyai edukasi tentang kesehatan. Saya juga mau masyarakat menuruti, mendengar, dan membaca tentang edukasi yang diberikan oleh dokter-dokter. Masyarakat yang mendengar, membaca, dan menuruti dapat memberitahukan satu sama lain dengan benar. Tanpa menggunakan mitos-mitos yang ada. Saya berharap sekali agar mereka tidak kembali lagi kerumah sakit, dan kembali kerumah dalam keadaan sudah sehat. Agar mereka dapat menyambut keluarga mereka dengan suka cita.

Harapan saya untuk teman dekat saya. Saya berharap mereka juga menjalani dunia perkuliahan dengan baik dan benar. Saya juga ingin meereka melihat saya lulus, demikian juga dengan saya, saya berharap saya bisa bersama mereka terus. Saya berharap kami bisa terus bersama. Teman-teman yang memberikan saya semangat, dan tidak menyerah untuk mengatakan bahwa saya bisa dan saya mampu. Mereka yang membuat saya percaya bahwa diri saya layak, terimakasih atas semangat dan juga kebersamaannya. Saya harap kami tetap saling menyemangati satu sama lain. Harapan saya untuk Fakultas Kefokteran Universitas Indonesia angkatan 2019 FKUI’19. Saya berharap kami bisa lulus secara bersamaan, tanpa meninggalkan satu orang sekalipun. Saya berharap kami bisa saling merangkul dan tidak melupakan satu sama lain. Bahwa kami sudah menjadi teman sejawat, bahwa kami semua mampu, kami layak berada disini. Saya berharap kami bisa menjadi lulusan yang terbaik, dengan usaha-usaha kami, saya berharap.

Rencana saya untuk satu tahun kedepan, saya ingin mendapatkan nilai IPK yang bagus. Saya juga ingin bisa mengikuti organisasi yang ada di Universitas Indonesia, saya harap saya bisa mengatur waktu dengan baik dan benar. Saya mungkin satu tahun kedepan masih beradaptasi dengan tugas-tugas yang banyak tapi saya harap, saya dapat mengerjakan tugas-tugas dan tetap menjaga kesehatan saya. Pada tahun ketiga, mungkin sedang dalam masa untuk menjalani ujian-ujian yang akan dihadapi. Mendekati semester akhir yang akan menghadapi skripsi, dan perjalanan yang masih panjang, juga menyiapkan diri untuk mendapatkan gelar Sarjana, yaitu Sarjana Kedokteran (S,Ked). Rencana 10 tahun kedepan, setelah menjadi dokter. sudah mengucapkan sumpah dokter dan menjadi dokter yang baik bagi pasien. Mungkin saya juga sudah menjadi dokter spesialis dalam 10 tahun kedepan. Saya ingin saya bisa punya klinik sendiri atau mungkin saat itu saya sudah menikah dan memiliki anak. Rencana saya 20 tahun kedepan, saya ingin saya sudah mengambil s2, saya juga mungkin sudah mempunyai anak yang bersekolah di Sekolah Dasar. Saya juga berencana terus memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama yang berada di area 3T.

Bagi kalian yang ingin masuk FKUI, berjuanglah terus tanpa menyerah. Temukan teman yang selalu ada disaat kalian membutuhkan semangat. Memintalah doa keada orang tua, dan terus berdoa kepada Allah SWT. Percayalah bahwa kalian bisa, bahwa kalian mampu, dan tanyakanlah pada diri kalian, apakah kalian layak? Perjuangkanlah sampai titik terakhir. Merasakan kekecewaan adalah tahapan awal kalian menempuh perjalanan baru. Buatlah kekecewaan, kesedihan, dan kelemahan yang kalian miliki menjadi hal yang terbaik yang kalian punya. Ucapkan doa kepada Allah SWT dan terus percaya bahwa Allah akan mengabulkan doamu. Jika kamu saja tidak percaya dengan doa yang kamu ucapkan, bagaimana Allah akan mengabulkannya?

“Tidaklah berpasrah kepada alam semesta, tetapi tetap berusaha dan mencintai takdir yang diberikan oleh-Nya.”


 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page