top of page
Search

NARASI PERJUANGAN SALSA BILLA AS'SYIFA

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 9 min read

Oleh: Salsa Billa As’syifa

Perkenalkan nama saya Salsa Billa As’syifa. Saya berasal dari SMAN 47 Jakarta, sekolah yang cukup ternama yang berada di Jakarta Selatan. Saya adalah seorang perempuan yang lahir di generasi milenial, tepatnya 22 November 2001. Di tahun ke-17, saya berhasil menjadi salah satu mahasiswi Fakultas Kedokteran kelas reguler, melalui jalur SNMPTN.

Banyak pertanyaan dari beberapa pihak tentang mengapa saya memilih FK UI? Apa kelebihan yang saya miliki sehingga saya pantas untuk mendapatkan kesempatan emas ini. Pertama-tama, saya akan menjelaskan pandangan saya terhadap FK UI. Bagi saya, memiliki 1 kesempatan untuk dapat menempuh pendidikan di fakultas dan jurusan ini adalah kesempatan besar, dimana banyak pihak yang menginginkan kesempatan berharga ini. Saya harus menempuh banyak rintangan dan perjuangan tentunya untuk mendapatkan posisi ini. Dalam kasus saya, saya yang berhasil masuk ke dalam jalur SNMPTN FK UI harus berjuang sejak tahun 2016 silam untuk selalu mempertahankan posisi dan nilai yang saya miliki. Mengapa saya melakukan demikian? Karna pandangan saya terhadap FK UI begitu besar. FK UI adalah fakultas tertua dan paling berserjarah di Indonesia.

Hal-hal di atas adalah salah satu motivasi saya untuk menempuh pendidikan di fakultas ini. Saya merasa fakultas ini adalah tempat dimana orang-orang akan berjuang sangat keras dan saya ingin berada dalam satu kesatuan dengan orang-orang hebat tersebut. Dalam konteks ini, saya tidak membuat penjelasan bahwa salah satu motivasi saya adalah bergantung dengan orang-orang hebat, namun saya ingin menggarisbawahi bahwa menurut pendapat saya, akan lebih baik jika saya berada dalam lingkungan yang tepat agar bisa lebih memotivasi dan memicu semangat agar bisa berjuang lebih bersama-sama. Walaupun jika ditinjau dari segi manapun, semua pihak tau jelas bahwa fakultas ini memiliki akreditasi yang sangat baik dibanding kampus lain, dan saya sendiripun tidak bisa memungkiri hal ini dan tentu hal ini juga menjadi salah satu motivasi saya.

Saya akan memaparkan beberapa kisah kecil tentang usaha saya untuk mendapatkan kesempatan berharga ini. Di tahun 2016, ketika saya pertama kali memasuki kawasan Sekolah Menengah Atas saya, terpampang jelas nama-nama alumni 2016 sekolah saya yang memasuki Perguruan Tinggi Negeri dengan jalur SNMPTN. Pada awalnya saya tidak mengetahui dengan jelas apa itu SNMPTN. Dengan rasa penasaran saya mencari informasi tentang hal itu. Setelah menemukan jawaban atas pertanyaan saya, jelas muncul keinginan tersendiri untuk dapat hadir sebagai mahasiswi SNMPTN di 2019. Saat itu saya memang belum memiliki tunjuan dan pandangan jelas tentang arah apa yang akan saya ambil di dunia perkuliahan, namun saya tetap memiliki motivasi belajar yang besar dan mengikuti arah arus pendidikan di SMA yang saya pilih.

Namun dengan semangat yang terus berkobar untuk berhasil melalui rintangan SNMPTN, saya terus berjuang walau penuh rasa letih, sakit, bosan, sibuknya organisasi bahkan belajar dalam gelapnya lampu redup ketika mati listrik dan guru tetap mengumumkan besok adalah hari pengambilan nilai atau untuk sekedar untuk membuka catatan agar setidaknya dalam satu hari saya menambah pengetahuan akademis saya untuk memperluas ilmu pengetahuan. Jika saya diperbolehkan berkata bahwa hal ini berat, saya akan mengatakan hal ini sangat berat. Banyak sekali cobaan yang saya hadapi, tentu hal ini berlangsung selama 3 tahun.

Apakah saya pernah merasa jenuh? Tentu. Hal ini banyak terjadi di berbagai pihak yang berhasil melalui SNMPTN. Di masa remaja, di mana saya baru merasakan rasanya kebebasan, mencari jati diri, merasakan jatuh hati pertama kali, hal ini memang sangat mempengaruhi saya. Hal ini selalu membayang-bayangi saya dalam setiap kegiatan yang saya lakukan. Walaupun benar, jika sejatinya seseorang tidak boleh mencampuradukkan hal pribadi dengan urusan pekerjaan. Namun, sulit sekali memisahkan 2 hal tersebut yang memang terjadi dalam 1 jiwa dan 1 individu. Namun saya rasa memang hal ini cukup wajar kala itu, karna menurut banyak penelitian, masa remaja sering disebut masa yang labil dan penuh gejolak kejiwaan dan problematika karena ketidakstabilan emosi, sedangkan emosi itu sendiri adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu serta setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap yang sangat cocok dengan perkembangan pada masa remaja yang sedang mengalami berbagai perubahan fisik pada dirinya. Lalu bagaimana kami dapat berhasil? Jawaban saya adalah berjuang untuk bangkit.

Namun saya berusaha untuk selalu mengevaluasi diri untuk maju ke arah yang lebih baik. Salah satu kelebihan saya adalah selalu mengevaluasi diri setiap harinya, sehingga saya tau dengan jelas apa hal positif dan negatif yang telah saya lakukan, sehingga saya dapat memperbaiki hal negatif yang saya perbuat dan mempertahankan maupun mengembangkan hal positif yang saya lakukan. Ketika saya terpuruk, saya berpikir, untuk apa saya selalu melihat ke belakang namun mengabaikan masa depan yang harus saya ciptakan? Bukankah masa lalu cukup dijadikan guru untuk lebih baik ke depannya? Saya berpikir bahwa ketika saya ingin berhasil, saya sendiri yang harus menggerakan kaki saya, bukan orang lain, bukan teman saya, bukan bimbel yang selalu saya datangi dari jam pulang sekolah hingga pukul 22.00 . Jika benar, berbagai iklan bahwa beberapa bimbel dapat membuat siswanya dapat berhasil memasuki PTN idamannya, namun bukankah itu hanya fasilitator? Sebuah penggambaran di pikiran saya adalah suatu bimbel hanyalah sebagai jembatan yang menghubungkan saya dengan masa depan yang cerah. Namun, saya tidak akan sampai ke tujuan jika bukan saya sendiri yang menggerakkan kaki saya. Jadi saya selalu mencoba untuk bangkit dan mengembangkan diri untuk mencapai tujuan saya. Memang, keterpurukan itu bukan hal yang salah dan pasti terjadi di setiap individu, tapi hal ini bukan suatu hal yang harus terus menerus menjatuhkan saya ketika saya sedang berlari ketika melihat matahari di masa depan saya.

Rintangan yang saya lalui bahkan tidak berhenti sampai di sana, ketakutan akan kegagalan, membuat tujuan saya sejak kecil hingga kelas 11 untuk mendapat profesi yang dapat membantu orang banyak yang tidak lain adalah menjadi seorang dokter yang bertanggungjawab hilang. Semangat untuk berhasil melewati SNMPTN dan ketakutan akan nilai yang sekiranya belum cukup meupun akreditasi sekolah yang belum memadai atau berpengalaman membuat saya mencari alternatif lain dengan cara mencari jalan aman. Saat semester 5, saya mulai memikirkan jurusan apa yang sekiranya cocok untuk nilai saya. Saya mulai melirik mulai dari Fakultas Teknik, FMIPA, dan lain-lain. Sampai pada akhirnya, saya melihat pertimbangan bahwa selama ini saya juga membuat fisika sebagai mata pelajaran kesukaan saya dan jika ditinjau dari grafik nilai yang saya miliki, memang benar nilai fisika dan matematika lah yang paling memadai dan meyakinkan. Sampai pada akhirnya, saya berhasil memilih jurusan Teknik Sipil di FTSL ITB. Walaupun suatu ruang dalam diri saya menyatakan penolakan dalam diri bahwa saya berada dalam posisi yang bukan saya inginkan.

Tiba saat yang paling menegangkan dalam sejarah hidup saya ketika pengumuman nama-nama siswa yang berhasil memasuki kuota untuk mendaftar SNMPTN, ternyata saya memiliki kesempatan. Tentu saya akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Dan alternatif yang paling memadai adalah jurusan yang saya sebut sebelumnya. Namun beberapa hari sebelum pemilihan ersebut, muncul kembali penolakan dalam diri saya bahwa saya bukan berada di jalan yang benar. Bukan hanya sebuah suara kecil di ruang hati namun juga suatu petunjuk yang tiba-tiba dating dalam mimpi tidur saya yang mengarahkan saya untuk lebih percaya diri dan rela berjuang.

Setelah melalui pertimbangan berat, saya memilih untuk tetap mewujudkan cita cita saya yang sudah saya rangkai sejak kecil. Ini memang adalah hal yang berat, namun saya sangat menghargai prosesnya. Bagaimana tidak? Sebuah harapan yang telah saya mimpikan sejak 3 tahun silam terancam tidak tercapai karna memaksakan diri demi sesuap harapan diri. Tetapi saya percaya dimana ada kemauan, di situ ada jalan. Saya telah merelakan diri saya jika saya harus menempuh jalur selain SNMPTN demi menggapai harapan saya.

Pemilihan jurusan sudah saya lakukan, doa selalu saya panjatkan dan segala harapan selalu saya curahkan. Hingga suatu hari saya percaya akan pepatah, usaha tidak akan mengkhianati hasil dan saya dapat meneteskan air mata bahagia pada saat pengumuman tersebut saya lihat dan saya resmi menjadi mahasiswi baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019.

Sehari setelah pengumuman berlangsung tentu saja saya merasa hidup saya berubah total. Saya merasa lebih percaya diri dan percaya akan kekuatan doa dan usaha. Melihat teman-teman, keluarga dan orang orang sekitar yang juga tersenyum bahagia, membuat semangat baru bagi saya untuk melanjutkan kisah masa depan saya untuk menjadi orang yang lebih bertanggungjawab. Dan selalu terbesit dalam diri saya untuk berharap keluarga, masyarakat, teman teman baru di SMA maupun dunia perkuliahan unuk selalu dilindungi Tuhan,sehat,bahagia, serta tidak terputus tali persaudaraan.

Bagi saya, mendapat kesempatan besar ini bukanlah suatu akhir dari kemenangan. Justru hal ini adalah suatu batu loncatan untuk merancang kembali suatu misi kehidupan bagi saya. Ini adalah suatu permulaan baru, dimana saya diminta untuk lebih berjuang dan tetap berhati-hati melewatinya. Bukan suatu mitos bahwa ketika seseorang memiliki mimpi sama seperti saya harus melewati jargon ‘masuk susah,keluar susah’ seperti apa yang saya simpulkan setelah mendapat beberapa pengetahuan dari pihak yang sudah atau lebih berpengalaman dari saya. Untuk itu, saya merasa butuh menancapkan mata panah saya mulai dari saya menginjakkan kaki saya di tempat yang akan memberikan saya banyak kisah hidup, agar ketika saya berlari saya tidak tersesat karena saya tahu apa tujuan saya sebenarnya.

Di tahun pertama, saya memiliki Visi untuk dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan baru dan aktif berorganisasi. Mengapa saya memilih untuk menjalankan visi seperti ini sebagai permulaan? Karena bagi saya, ilmu akan mudah saya serap ketika saya sudah mengenal baik lingkungan yang saya pijak. Dengan saya beradaptasi menunjukkan suatu kepedulian saya terhadap hal-hal yang saya belum tahu sebelumnya. Bagaimana cara saya mencapai tujuan saya tersebut? Saya telah merancang misi tersebut dalam 3 hal; belajar hidup mandiri, berinteraksi baik dengan orang sekitar dan selalu mengevaluasi diri sendiri. Saya memiliki pandangan, keaktifan organisasi dapat membantu saya mencari banyak relasi dan teman baru. Karena dalam prinsip dunia kedokteran, kata ‘teman sejawat’ sangat penting dalam kehidupan saya kini dan saya akan terus berusaha untuk terus merangkul teman sejawat saya agar kami dapat maju bersama.

Visi berikutnya adalah tahun ketiga saya berada di fakultas yang berlokasi di Depok ini adalah meningkatkan dan mempertahankan IPK. Visi ini saya pilih karena menurut saya seorang dokter yang baik adalah dokter yang berpengetahuan dan berpengalaman. IPK adalah suatu tolak ukur yang menunjukkan seberapa pantas seseorang tersebut untuk menjadi pribadi yang lebih professional. Untuk itu, saya memilih visi ini di tahun ketiga agar saya mendapat IPK yang baik atau sering disebut cumlaude. Hal yang dapat mendukung visi saya ini adalah dengan disiplin dalam membagi waktu perkuliahan, membuat kelompok belajar dan selalu meluangkan waktu untuk kegiatan akademis setiap harinya.

Visi yang saya miliki tidak sebatas sampai saya mendapat gelar S.Ked saja. Perjalanan seorang dokter bukan hanya tertulis di atas kertas maupun memampang wajah kebanggaan saja. Profesi ini adalah suatu panggilan jiwa dimana seorang individu tersebut harus rela mengorbankan waktu dan perasaan seumur hidupnya. Visi saya di tahun ke-10, saya harus menjadi dokter yang bertanggungjawab kepada orang yang sudah sepatutnya saya layani dengan baik. Saya harus memperlakukan mereka layaknya keluarga saya sendiri, karena menurut pandangan saya sejak saya di taman kanak-kanak, seorang dokter akan sangat senang jika pasiennya berhasil sembuh dan turut sedih jika pasiennya belum kunjung sembuh. Misi yang saya akan lakukan adalah memperluas pengetahuan dan pengalaman, meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar,serta belajar merangkul teman-teman untuk hal yang poitif. Di sekitar tahun ke-10,saya juga ingin menghapus isu ‘industri kesehatan’ yang kini marak terjadi sepengamatan saya. Menurut saya, kini berbagai pihak telah memanfaatkan kesehatan sebagai ajang penambah kekayaan. Walaupun kini telah banyak jaminan kesehatan dari pemerintah, tetapi jika kita amati lebih dalam, saya rasa jaminan tersebut tidak cukup merangkul orang-orang kecil yang seharusnya lebih membutuhkan. Berapa banyak jiwa yang tidak terselamatkan karena kekurangan finansial? Atau lebih tragisnya lagi, berapa jiwa yang tidak terselamatkan karena kekurangan tenaga medis atau dokter yang berkompeten? Saya berharap dengan visi-visi yang saya telah rancang dapat mengatasi masalah ini.

Selanjutnya, visi yang sudah saya rancang sejauh ini adalah visi pada tahun ke-20. Memang secara angka, tahun ini terbilang cukup jauh untuk memikirkan visi saya. Namun ketika seseorang ingin menciptakan hal yang besar, maka ia harus memulainya dari hal kecil. Jika saya mau bermimpi besar di masa depan, maka saya harus menyusun mimpi itu sedari dini agar jalan cerita yang akan saya tempuh tidak keluar dari jalur scenario. Di tahun tersebut, tentu saya sudah berumur dewasa. Visi saya adalah dapat bermanfaat tidak hanya bagi diri sendiri maupun keluarga. Saya ingin dapat bermanfaat bagi negara dan membuka masa depan yang cerah untuk generasi selanjunya. Saya ingin membuka rumah sakit di daerah pedalaman sehingga memudahkan penjangkauan peningkatan kesehatan di daerah pedalaman. Saya juga bermimpi untuk membuat lembaga-lembaga pendidikan untuk membantu anak-anak di daerah yang belum terjangkau oleh pemerintah. Sejauh ini, saya masih memiliki harapan untuk dapat ikut andil dalam dunia pendidikan, karena bagi saya berperan dalam kegiatan pendidikan adalah hal yang sama pentingnya dengan profesi dokter yang akan saya jalankan, saya membuat target saya ingin menjadi dosen di Fakultas Kedokteran nantinya.

Kisah saya di FK UI ini memang baru akan dimulai, perjalanan saya menuju puncak sedang dalam masa pemanasan sebagai bentuk mempersiapkan fisik dan mental selama beberapa waktu ke depan. Tetapi saya ingin berbagi beberapa motivasi yang sekiranya dapat saya bagi untuk orang-orang yang ingin ikut andil berjuang bersama kami. Suatu motto hidup yang saya pegang teguh adalah kehidupan itu adalah seni menggambar tanpa penghapus, jadi suatu poin yang saya simpulkan bahwa kita harus menggambarnya dengan sebaik dan seindah mungkin. Bagaimana jika terdapat kesalahan? Kesalahan tersebut tidak dapat kita hapus, namun hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah menimpanya atau menutupnya dengan gambar indah lain. Jadi tidak ada yang perlu kita sesalkan, saya berpendapat bahwa hargai dan nikmati saja prosesnya. Perjuangan itu memang perlu adanya, hal ini diwajibkan karena tempat ini memang menyaring pemenang dari para pemenang, jadi berusahalah semaksimal mungkin.

Suatu kata-kata mutiara yang mungkin bias menyimpulkan narasi saya ini, “Kehidupan akan membawa seseorang pada jalan yang dipilihnya. Pilihan yang tepat takkan pernah mendatangkan penyesalan.” Kata-kata mutiara ini menggambarkan sekali tentang materi yang saya paparkan di atas, bahwa tindakkan apa yang kita pilih akan menentukan hasil apa yang kita dapat,maka pilihlah tindakan yang tepat agar kita tidak mengalami penyesalan.

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

1 komentář


Muhammad Miftah Faridl
Muhammad Miftah Faridl
03. 9. 2022

Hidup manifesting! 😃

To se mi líbí

© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page