NARASI PERJUANGAN -- SHAFIRA AURELIA
- FKUI 2019
- Aug 17, 2019
- 8 min read
Halo semua! Nama saya Shafira Aurelia, biasa dipanggil Shafira. Saya berasal dari SMAN 8 Jakarta yang terletak di Bukit Duri, Jakarta Selatan. Saya akan menceritakan bagaimana perjuangan saya berhasil masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya bukanlah orang yang sejak kecil bermimpi menjadi seorang dokter. Sejak kecil, mimpi saya adalah menjadi insinyur seperti kedua orangtua saya. Saya bermimpi untuk masuk ke jurusan teknik di sebuah institut di Bandung. Hal tersebut dikarenakan kesukaan saya pada bidang Matematika. Namun, saat menjelang kelas 11, saya sadar bahwa alasan tersebut bukan alasan yang kuat karena jurusan teknik bukan hanya berkutat pada matematika dan fisika saja. Dengan kata lain, alasan saya menyukai bidang eksakta tersebut tidaklah cukup karena jurusan teknik tidak mempelajari eksakta saja. Pada saat itu, saya menjadi bimbang apakah teknik merupakan jurusan terbaik bagi saya. Selain alasan yang kurang kuat, saya tidak menyukai pekerjaan dengan mesin atau komponen-komponen.
Saat itu juga, kebetulan topik pelajaran Biologi saya adalah Sistem Gerak. Pada bab itu, kami belajar tentang tulang, sendi, dan otot. Kami ditugaskan untuk menghafalkan nama tulang-tulang manusia. Saat menghafalkan, saya merasa hal itu adalah sesuatu yang saya sukai. Saya teringat, saat kecil saya suka membaca ensiklopedi tentang tubuh manusia. Mempelajari tubuh manusia merupakan hal yang sangat menarik bagi saya, terutama saat saya kecil karena saya dapat mengetahui hal baru yang kompleks. Selain menghafal tulang, kami juga ditugaskan untuk membuat resume atau ringkasan bab tersebut. Saat saya mengumpulkan resume saya, guru biologi saya, Ibu Indri berkata pada saya, “Shafira kamu kenapa nggak masuk Kedokteran aja?”. Saat itu juga, saya berpikir dalam hati ‘Oh iya kenapa nggak pertimbangin Kedokteran aja ya?’.
Selain tentang pelajaran biologi, saya juga mulai menyadari bahwa saya suka membantu orang lain. Hal itu saya lakukan pada ekstrakurikuler yang saya ikuti, Ekstrakurikuler Kemasyarakatan. Ekstrakurikuler tersebut merupakan satu-satunya ekstrakurikuler yang bergerak di bidang sosial di SMAN 8 Jakarta yang memiliki berbagai program kerja. Program kerja nya adalah mengunjungi panti asuhan, mengajar anak PAUD, mengadakan bazaar untuk amal, dan mengadakan donasi untuk korban bencana. Selama kegiatan, saya menyadari bahwa masih banyak masyarakat yang kurang beruntung dan membutuhkan bantuan orang lain. Kegiatan-kegiatan tersebut meningkatkan empati saya terhadap masyarakat sekitar dan saya merasa bahagia saat bisa berbagi kebaikan dengan masyarakat lain.
Kedua alasan diatas memperkuat keinginan saya untuk masuk ke Kedokteran. Lalu sekarang, saya ingin masuk fakultas kedokteran di universitas mana? Saya pun mencari di internet dan berkonsultasi ke guru BK dan orangtua. Hasilnya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-lah yang merupakan fakultas kedokteran tertua dan terbaik di Indonesia. Saat itu saya pun memutuskan mengejar Fakultas Kedokteran UI sebagai tujuan utama saya.
Namun, kebimbangan saya terjadi lagi untuk yang kedua kalinya. Saat kelas 11 semester 2, saya mengikuti Olimpiade Sains Nasional Bidang Fisika. Bidang Fisika merupakan bidang yang tidak linear dengan Fakultas Kedokteran. Biasanya, anak OSN Biologi lah yang berminat mendaftar ke Fakultas Kedokteran. Selain itu, mengikuti Olimpiade Sains Nasional merupakan keputusan yang sulit karena saya harus meninggalkan pelajaran sekolah. Padahal, saya harus menjaga rata-rata nilai rapor saya agar bisa masuk Kedokteran melalui jalur SNMPTN. Setelah pertimbangan yang panjang, saya memutuskan untuk fokus ke olimpiade karena tahun itu.
Saat kelas 10 saya sudah mengikuti Olimpiade Sains Nasional di Bidang Fisika tetapi hanya sampai tingkat provinsi, sehingga tahun itu (kelas 11) merupakan kesempatan terakhir saya. Belajar olimpiade bukanlah hal yang mudah. Belajar dari pengalaman lalu, saya betul-betul harus menambah jam belajar saya. Saya harus mengerjakan latihan soal sebanyak-banyaknya karena OSN bidang Fisika membutuhkam keterampilan dan logika yang tinggi. Alhamdulillah, saya lolos sampai tingkat nasional mewakili DKI Jakarta. Itu berarti perjuangan saya di dunia olimpade tidak berhenti disitu. Saya harus terus belajar dan menambah jam belajar saya. Setiap hari, saya mengikuti karantina yang diadakan dinas dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam selama 2 minggu (1 minggu pada bulan puasa). Kepadatan jadwal karantina membuat saya kelelahan sehingga saat H-2 keberangkatan ke lokasi Olimpade Sains Nasional, Padang, saya jatuh sakit. Saat itu, saya merasa sangat down. Hari-hari terakhir sebelum keberangkatan merupakan waktu untuk review materi-materi yang sudah dipelajari. Saya tidak mampu untuk review materi-materi tersebut karena keterbatasan fisik dan mental. Di saat-saat seperti itu, saya sangat bersyukur memiliki teman-teman yang suportif. Salah satu teman saya berkata, “Kalo sakit itu, yang diambil sama Allah ada 3 hal: keceriaan, nafsu makan, dan dosa. Tapi saat sembuh, bakal dibalikin 2 hal: keceriaan dan nafsu makan. Nah jadi insya Allah sakit lo itu membawa berkah, shaf.”. Akhirnya, alhamdulillah perkataan teman saya itu benar, saya mendapatkan Medali Perak pada Olimpiade Sains Nasional 2018 Bidang Fisika.
Setelah itu saya naik ke kelas 12. Ternyata perjalanan saya di dunia olimpiade tidak berhenti saat kelas 11 saja. Saya mendapatkan surat panggilan untuk mengikuti olimpiade internasional yaitu International Olympiad of Metropolises di Moscow, Rusia dan surat panggilan kegiatan Pelatihan International Physics Olympiad di Jogjakarta. Saya merasa sangat bersyukur, tapi di lain sisi saya harus meninggalkan pelajaran sekolah dengan berat hati.
Saat kelas 12 semester 2, akhirnya saya pensiun dari dunia olimpiade dan bisa sepenuhnya fokus ke sekolah dan ujiian masuk universitas. Namun, saat itu saya merasa sangat lelah dalam belajar. Ritme kehiupan SMA saya, yaitu sekolah- belajar olimpiade- mengejar sekolah- belajar olimpiade- mengejar sekolah- mengikuti pelatihan nasional- mengejar sekolah, membuat saya jenuh untuk belajar. Saat itu, sulit sekali bagi saya untuk fokus belajar sekolah dan UTBK. Untungnya nilai semester 6 bukan merupakan pertimbangan SNMPTN sehingga saya cukup lega. Nilai rata-rata rapor saya juga cukup baik dan cukup berpeluang untuk masuk ke Kedokteran UI. Selain itu, saya juga mempunyai sertifikat Olimpiade Sains Nasional dan sertifikat olimpiade internasional.
Menjelang pengumuman SNMPTN, saya merasa sangat gugup. Saya cukup percaya diri untuk lolos Kedokteran UI melalui jalur SNMPTN. Namun apabila saya tidak lolos, persiapan UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) saya sangatlah minim karena kejenuhan saya terhadap belajar. Hari pengumuman SNMPTN, saya iseng-iseng membuka web SNMPTN pada pagi hari, padahal pengumumannya pada siang hari. Anehnya, webnya bisa diakses. Saya pun langsung mengetik nomor peserta saya dan menekan tombol LIHAT HASIL SELEKSI. Saya berdoa agar saya mendapat tulisan hijau. Namun, yang keluar adalah kotak berwarna merah berisi tulisan ‘Anda dinyatakan tidak lulus seleksi SNMPTN 2019. Silahkan mengikuti SBMPTN 2019’. Saya sangat kaget. Saya mencoba positive thinking kalau web SNMPTN 2019 belum siap diakses sehingga hasilnya begitu. Namun, sesampainya di sekolah, saya mendengar banyak kabar gembira mengenai keberhasilan teman-teman saya masuk ke jurusan yang diinginkan. Saat siang hari pun, saya mencoba mengakses web SNMPTN untuk kedua kalinya. Sayangnya, hasilnya tetap sama, yaitu tulisan merah. Bisa disimpulkan, kalau saya benar-benar gagal masuk Kedokteran UI jalur SNMPTN. Saya merasa sangat down dan khawatir. Hal yang ada di pikiran saya adalah minimnya persiapan belajar UTBK saya dan minimnya semangat belajar saya. Setelah beberapa hari istirahat, berdoa, dan menjernihkan pikiran, semangat belajar saya akhirnya kembali. Walaupun tidak 100% kembali, perlahan-lahan saya mulai ikhlas menerima kegagalan saya di SNMPTN 2019 dan mulai belajar UTBK.
Saya pun memulai perjuangan baru disini, belajar UTBK. Saya mengikuti bimbel INTEN selama proses pembelajaran. Setiap hari dari jam 7 sampai jam 12 saya belajar di INTEN, lalu terkadang dari jam 12 sampai jam 17 saya ikut tambahan INTEN, setelah itu dari jam 19 sampai jam 23 saya belajar mandiri di rumah mengerjakan tugas mandiri dan tugas diskusi INTEN. Begitulah ritme belajar saya jalani terus menerus selama 1 bulan. Hari demi hari berlalu sampai ke hari pengumuman UTBK pertama. Saat membuka sertifikat hasil, saya kecewa dengan nilai saya. Saya jatuh di bagian TPS (Tes Potensi Skolastik) yang mayoritas berisi soal Bahasa Indonesia. Namun, saya mencoba positive thinking bahwa hasil UTBK kedua saya bisa lebih memuaskan. Saya pun mengulang ritme belajar UTBK pertama saya tetapi dengan materi yang lebih padat atau dengan kata lain, lebih banyak target latihan soal yang harus diselesaikan. Satu bulan berlalu, tiba lah hari pengumuman UTBK kedua. Saat saya membuka sertifikat hasil UTBK kedua, alhamdulillah, hasilnya lebih baik dari yang pertama. Namun tetaplah saya belum 100% yakin nilai tersebut cukup untuk masuk ke FKUI. Seperti yang diketahui, dari tahun ke tahun, FKUI merupakan jurusan dengan keketatan tertinggi bila dibandingkan dengan jumlah pendaftar dan daya tampung.
Oleh karena itu, sembari menunggu pengumuman SBMPTN, saya melanjutkan belajar untuk SIMAK dan seleksi mandiri lainnya. Saya rela belajar di saat hari Lebaran tiba karena soal SIMAK UI yang sulit itu membutuhkan banyak waktu untuk diselesaikan dan dikuasai. Jujur, saya sudah cukup lelah saat itu dan ingin rasanya hanya mengandalkan hasil SBMPTN untuk diterima di FKUI. Pada saat seperti itu, saya sangat bersyukur mempunyai keluarga, teman, dan guru yang suportif. Saya ingat perkataan salah satu teman saya bahwa saya harus terus bersakit-sakitan sekarang agar tidak menyesal di akhir.
Akhirnya, tiba lah hari pengumuman SBMPTN. Pengumuman SBMPTN dilakukan pada Selasa, 7 Juli 2019 pukul 15.00 . Sebelum pengumuman, saya berdiam diri di kamar ditemani ibu saya dan terus berdoa agar mendapatkan hasil yang terbaik. Pukul 14.59, satu menit menjelang pengumuman, saya berdebar-debar. Perlahan-lahan menulis nomor peserta SBMPTN dan mengisi tanggal lahir di website pengumuman SBMPTN. Tiba lah saat yang ditunggu-tunggu, pukul 15.00, karena takut akan menerima hal yang sama saat SNMPTN, saya enggan menekan tulisan Lihat Hasil Seleksi. Ibu saya pun membuka hasil nya dan menatap saya dengan penuh rasa bangga. Saya pun langsung melihat hasil SBMPTN nya. Alhamdulillah, sekarang yang saya lihat bukanlah tulisan merah lagi, melainkam kata Selamat! Saya sangat bersyukur dan terharu. Bangga terhadap diri sendiri yang sudah bekerja keras dan membuahkan hasil. Alhamdulillah, saya berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia jalur SBMPTN.
Saat menempuh pendidikan di FKUI ini saya berharap saya bisa belajar dengan baik. Menjalankan studi sebaik-baiknya, memperoleh banyak pengalaman, dan mendapatkan hasil yang terbaik. Selain itu, saya juga berharap saya dapat menjaga kesehatan fisik dan psikis saya. Untuk keluarga, saya berharap keluarga saya sehat selalu dan dimudahkan dalam menghadapi kehidupan. Selain itu, saya juga berharap saya bisa berkontribusi membantu masyarakat melalui kegiatan sosial seperti di SMA. Untuk teman-teman FKUI 2019, saya berharap kita bisa menjadi satu angkatan yang solid, saling membantu, dan saling peduli.Semoga kita dapat lulus bersama-sama dengan IPK memuaskan, dimudahkan saat coass dan internship, dan kelak menjadi dokter yang bermanfaat bagi masyarakat. Aamiin.
Rencana saya 1 tahun yang akan datang, saya akan terus mempelajari diri saya sendiri agar bisa menemukan jati diri saya sendiri. Saya ingin aktif di organisasi sosial yang bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, saya ingin mendalami hobi saya yang terbengkala karena kesibukan saya, yaitu melukis dan menari tradisional.
Rencana saya 3 tahun yang akan datang, saya akan mulai menyusun skripsi sebaik mungkin. Setelah itu, saya akan mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk koass. Dalam koass saya berniat untuk belajar bukan karena nilai, melainkan untuk latihan menjadi dokter yang sesungguhnya.
Rencana saya 10 tahun yang akan datang, saya akan menempuh jenjang pendidikan spesialis. Saya akan menentukan saya akan memasuki spesialis apa selama saya koass saat berotasi di berbagai macam stase. Untuk sekarang, saya tertarik untuk menjadi dokter spesialis onkologi, anak, atau penyakit dalam. Sembari menempuh pendidikan spesialis, saya akan mencoba mengembangkan teknologi di bidang kedokteran. Sepuluh tahun yang akan datang, teknologi akan berkembang pesat mengikuti era Revolusi 4.0, era saat Artificial Intelligence (AI) dan Cloud Computing sedang dikembangkan oleh para ilmuwan. Saya berkeinginan untuk mengembangkan teknologi tersebut ke dunia kedokteran, sehingga informasi yang disampaikan ke masyarakat merupakan informasi terbaru atau up to date, bukan informasi yang tertinggal. Secara konkrit bisa dilaksanakan dengan melakukan kerjasama antara bidang kedokteran dan bidang informatika untuk membangun platform khusus untuk menggabungkan data-data ilmu kedokteran dari berbagai penjuru dunia.
Rencana saya 20 tahun yang akan datang, saya akan menjadi dokter spesialis yang bermanfaat bagi masyarakat. Selain menjadi dokter yang mengabdi pada masyarakat, saya ingin berkontribusi di bidang penelitian di IMERI FKUI Salemba sesuai dengan bidang spesialis saya. Saya berharap penelitian tersebut dapat membawa manfaat bagi perkembangan dunia kedokteran. Saya juga akan berusaha merealisasikan rencana saya 10 tahun lalu di bidang teknologi kedokteran.
Akhir kata, pesan saya untuk pejuang yang ingin masuk FKUI, teruslah semangat dalam belajar. Kuatkanlah motivasi kenapa kamu ingin masuk ke FKUI. Apabila kamu merasa down atau kehilangan semangat belajar, lakukanlah istirahat sebentar dengan menenangkan pikiran, berdoa, dan melakukan aktivitas yang kamu sukai. Sewaktu saya kehilangan motivasi, saya menekankan ini pada diri saya sendiri: ‘Menjadi dokter itu sama sekali bukan hal yang mudah, mungkin ini ujian dari Allah untuk menguji seberapa kuat keinginanmu menjadi dokter. Selain itu Allah juga tahu jalan yang terbaik bagi kita, jadi berusahalan semaksimal mungkin dan biarlah Allah yang menentukan kelak bagaimana hasilnya. Jangan sampai kamu menyesal di akhir!’. Selain itu, apabila kamu gagal di satu seleksi, bukanlah berarti kamu gagal sepenuhnya. Masih banyak jalan menuju Fakultas Kedokteran UI. Dan sesungguhnya, kegagalan itu membuat kita menjadi pribadi yang jauh lebih tangguh dan kuat. Jadi, teruslah berjuang, semangat teman-teman!!
“Do your best and let God do the rest”
Comments