top of page
Search

NARASI PERJUANGAN - SHAZA FADHILAH

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 18, 2019
  • 8 min read

Kita hidup di dunia serba cepat dengan narasi berulang-ulang yang mengedepankan kesempurnaan, bahwa sebagai manusia tidak boleh ada sedikit pun kesalahan dan kegagalan merupakan hal yang sangat menyedihkan dan memalukan untuk terjadi kepada kita. Tuntutan sosial untuk terus berlomba-lomba menjadi "lebih" dibanding orang lain membuat kita lupa akan diri sendiri dan memaksakan diri melewati batas yang akhirnya membuat banyak dari kita akhirnya terjun ke jurang penyesalan dan tidak bisa menemukan ikhlas yang sesungguhnya. Khawatir akan masa depan, lupa bahwa Sang Pencipta lah pemilik kuasa, dan lupa bahwa setiap dari kita sudah ditakdirkan untuk hal-hal yang berbeda adalah hal-hal yang sering terjadi padsaya selama setaun kebelakang. Hai! Saya Shaza Fadhilah dari SMAN 1 Bogor, selamat datang di cerita perjuanganku.


Sebelumnya ada pepatah klasik yang mengatakan bahwa "tak kenal maka tak sayang", supaya apa yang saya sampaikan disini dapat tersampaikan ke semua orang, saya akan berkenalan terlebih dahulu. Saya merupakan anak kedua dari dua bersaudara dan bertempat tinggal di Bojong Gede, salah satu kecamatan di kabupaten Bogor, tetapi, saya menghabiskan 12 tahun hidup saya bersekolah di kota Bogor. Keinginan saya untuk menjadi mahasiswa kedokteran baru muncul saat kelas 12. Sebelumnya, bisa dibilang saya tidak menyukai semua hal yang berbau medis, karena saya bingung kenapa ada orang yang mau menghabiskan hidupnya untuk mengabdi pada masyarakat dan sebelumnya harus bersusah-susah dahulu menjalani kuliah yang panjang. Dibandingkan dengan dunia kedokteran, saya lebih menyukai hal-hal yang berhubungan dengan psikologi, namun jurusan psikologi yang bisa dipilih anak IPA di daerah jawa hanya ada di UNS dan UNPAD. Akhirnya selama 2 tahun saya menjatuhkan tujuan saya pada psikologi UNPAD.


Sampai pada suatu hari tiba-tiba ayah saya menanyakan kepada saya, apakah saya tidak tertarik untuk memilih fsayaltas kedokteran sebagai pilihan pertama. Saya bingung dan kaget karena fsayaltas kedokteran tidak pernah terlintas dalam pikiran saya. Setelah perkataan ayah saya tersebut dan diskusi-diskusi lebih lanjut, saya menegaskan bahwa yang saya inginkan tetaplah jurusan psikologi dan bukan kedokteran. Saya mengatakan bahwa saya pasti tidak akan pantas dan sanggup untuk masuk ke kedokteran karena menurut saya, fsayaltas kedokteran berada jauh dari jangkauan saya. Akan tetapi, entah mengapa, seiring waktu terbesit pikiran-pikiran untuk mencari tau tentang dunia kedokteran. Akhirnya saya mulai mencari-cari info dan saya menemukan bahwa ada yang membuat kedokteran dan psikologi saling bersilangan, yaitu psikiatri. Psikiater sendiri merupakan dokter spesialis kejiwaan dan sedikit berbeda dengan psikolog. Psikiater memiliki kewenangan lebih terhadap pasien untuk mengeluarkan obat preskripsi yang menunjang penyembuhan atau represi dari penyakit yang diderita oleh pasien tersebut. Saya menjadi tertarik untuk berjuang di bidang medis karena saya ingin mendapatkan ilmu yang jauh lebih luas yang berkaitan dengan kesehatan mental. Dokter sendiri memanglah merupakan profesi yang sangat mulia, namun sebelumnya saya tidak menyadari hal itu. Akhirnya dengan mantap dan merasa percaya diri saya memasukkan FK UNPAD sebagai pilihan pertama dan psikologi UNPAD sebagai pilihan kedua pada SNMPTN 2018, saya yakin bahwa saya pasti akan masuk ke salah satu dari pilihan saya karena jika dilihat nilai saya sudah cukup bagus untuk masuk kesana.


Deretan UN dan dan ujian sekolah pun saya lalui dengan seadanya, tak terasa hari pengumuman SNMPTN 2018 pun akhirnya tiba. Dengan harap—harap cemas saya meminta untuk diberi kata selamat pada website SNMPTN 2018. Saya membuka pengumuman tersebut dengan rasa gugup yang teramat sangat dan setelah saya klik, bukan kata selamat yang saya dapatkan, muncullah tulisan itu, tulisan yang benar-benar mempengaruhi kehidupan saya sampai detik ini. "TETAP SEMANGAT. JANGAN PUTUS ASA" itulah kata-kata yang muncul saat saya mengakses website SNMPTN. Rasa kecewa menyelimuti saya dengan teramat sangat. Jujur, saya merasa kosong pada saat itu, seperti sudah tidak ada yang dapat menolong saya pada saat itu. Saya terus menerus menyalahkan takdir yang membuat saya tidak lulus SNMPTN 2018, seringkali yang terlintas di pikiran saya hanyalah, "kenapa hidup ini tidak adil kepada saya?"


Saya berpikir demikian karena saya terlalu percaya dengan diri sendiri, menganggap diri sendiri lebih pantas untuk masuk dari orang lain, dan lupa dengan Sang Pencipta yang mengatur semua takdir kita. Itu adalah kesalahan-kesalahan saya di masa lalu yang membuat saya sadar untuk tidak mengulanginya lagi. Saya terlalu tinggi hati hingga lupa bahwa niat yang baik, doa, kerendahhatian, dan usahalah yang dapat membuat seseorang meraih kesuksesan. Saya merasa tertampar dan darisitu saya bisa belajar bahwa tidak semua hal dapat kita raih dengan begitu mudahnya, harus ada usaha yang jauh lebih besar untuk mendapatkannya dan juga untuk lebih ikhlas lagi dalam menjalani semuanya.


Setelah pengumuman SNMPTN 2018 saya harus segera begegas untuk bangkit dan mengejar ketertinggalan pada materi-materi SBM yang akan diujikan. Satu bulan saya habiskan dengan terburu-buru untuk belajar terus menerus agar saya mendapatkan skor yang tinggi pada SBMPTN 2018, tetapi sayangnya terkadang pikiran saya masih berkutat pada SNMPTN yang telah dilalui dan itu membuat saya tidak terlalu fokus dalam mempelajari soal-soal yang ada. Hari ujian pun tiba, saat melihat soal yang diujikan rasanya saya benar-benar ingin menangis karena dalam sekali lihat sudah bisa disimpulkan bahwa soal-soal yang diujikan sangatlah susah. Dengan jantung yang berdegup kencang, saya mengerjakan semua yang saya rasa bisa menambah poin untuk nilai saya, yang sebenarnya jumlahnya sangat sedikit, dan mengikhlaskan semua yang akan terjadi nanti.


Libur kenaikan kelas dan puasa pun datang sebagai jeda untuk mengistirahatkan pikiran dan fisik kita yang telah berjuang pada SBMPTN kemarin. Meningkatkan ibadah dan doa tentu merupakan hal wajib bagi kita semua, ditambah lagi disaat-saat menegangkan menunggu pengumuman yang baru keluar setelah lebaran. Sejujurnya saya menggantungkan pikiran antara yakin dan tidak yakin mengenai kelulusan saya di pilihan pertama SBMPTN 2018 karena saya sangat tidak yakin dengan apa yang saya kerjakan waktu itu dan menurut saya skornya pasti tidak akan sebesar itu, tetapi setidaknya mungkin saya akan masuk ke pilihan ketiga, pikir saya waktu itu.


Hari pengumuman pun tiba, rasa gugup menghantuiku di hari itu. Dengan rasa yang campur aduk saya mulai mengakses laman SBMPTN, memasukkan nomor peserta, memasukkan password, dan merenung menunggu laman tersebut muncul. Menunggu, menunggu, dan menunggu, akhirnya kata “jangan putus asa tetap semangat” kembali muncul lagi di hadapanku. Pikiran saya kosong dan saya hanya bisa menangis pada saat itu. Ditolak SBMPTN kala itu tidak terlalu besar efeknya pada emosi dan kesehatan saya karena rasa sedih saya sudah bertumpuk pada SNMPTN 2018. SBMPTN adalah perjuangan terakhir saya pada 2018, alasan-alasan pribadi menghalangi saya untuk berkuliah di swasta ataupun mengikuti mandiri di universitas-universitas yang menyelenggarakannya. Akhirnya pun saya memillih jalur gap year untuk melanjutkan tahun itu.


Langkah pertama yang saya lsayakan saat itu adalah, keluar rumah. Kenapa keluar rumah? Karena jika saya hanya berdiam di rumah, saya akan berlarut-larut dalam kesedihan dan cenderung akan susah menemukan semangat baru. Menemui teman lama sebelum mereka melanjutkan kehidupan kuliahnya memberikan sedikit rasa senang pada diri saya walaupun kadang sering terbesit rasa iri karena saya tidak dapat menjadi mahasiswa pada tahun kemarin sedangkan teman-teman saya sudah memasuki babak baru dalam rentang pendidikannya. Hal yang paling sulit untuk dilsayakan pada saat itu adalah menerima semua yang terjadi pada saya dan mengikhlaskannya. Saya tidak mungkin bisa melewati semua itu sendirian, orangtua dan kakak adalah orang-orang yang paling berjasa dan tidak pernah bosan-bosan untuk terus menyemangati saya setiap harinya agar dapat melewati semuanya.

Masa-masa gapyear pun akhirnya tiba, saya mengisi keseharian dengan les di salah satu bimbel yang ada di bogor. Sebagai bimbel yang menyelenggarakan kelas untuk siswa-siswa gapyear, pada hari pertama saya bertemu dengan teman-teman baru yang bernasib sama dengan saya dan darisitu saya merasa tidak sendirian lagi, ada banyak siswa-siswa lainnya yang memiliki permasalahan yang sama dengan saya. Bertemu setiap hari selama setahun membuat kami sangat dekat satu sama lain, merekalah yang membuat saya semakin semangat untuk mengejar impian. Belajar setiap hari, konsul setiap hari, dan mengerjakan latihan soal setiap hari, mungkin sekiranya itulah yang saya lsayakan selama setahun kebelakang. Lingkungan yang baik sangat mempengaruhi periode gapyear, jika lingkungan yang didapat tidak mendukung untuk memacu belajar dan belajar maka mungkin saya akan menyerah di tengah jalan. Saya merasa sangat beruntung dapat bertemu dengan mereka pada tahun terberat di hidup saya.


Bulan-bulan dilewati hingga akhirnya sampai juga pada tes pertama, sangat bersyukur karena saya tidak mendapat tempat tes yang jauh sampai ke Bekasi seperti teman-teman saya yang lainnya. Saya mendapat tempat tes di SMAS YPHB yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya. Tes pada hari itu saya kerjakan sebisa saya, namun dibandingkan tahun lalu, saya merasa lebih lancar dan tenang dalam mengerjakannya. Tes tersebut berakhir dengan lancar dan saya pun langsung menyiapkan untuk tes yang kedua. Setiap hari menjelang tes kedua, saya dan teman-teman selalu pergi ke tempat les dari pagi hingga malam. Mengobrol dan bercanda membantu kami untuk meminimalisir rasa gugup yang ada.


Tes kedua pun kami lewati, kebetulan ada yang aneh dengan tes kedua ini. Komposisi soal tes pertama dan tes kedua bisa dibilang sangat mirip, kami pun merasa lebih bisa mengerjakannya dan semakin percaya diri. Beberapa hari setelah tes, nilai kami pun muncul. Betapa terkejutnya saya saat nilai yang saya terima untuk tes pertama benar-benar melewati ekpektasi saya. Saya yang berfokus pada kedokteran berpikir untuk memasukkan pilihan ke FKUI, fsayaltas kedokteran tertua yang ada di Indonesia. Dari setahun yang lalu, saya memang sudah tertarik dengan FKUI karena kualitasnya yang sudah terkenal bagus dan cerita-cerita dari teman yang sering menyebutkan kelebihan-kelebihan FKUI hingga membuat FKUI menjadi fakulltas yang paling sulit ditembus oleh siswa-siswa. Saya mencoba memasukkan FK UI pada tryout-tryout yang sebelumnya saya ikuti. Akan tetapi, dari semua tryout yang saya ikuti, saya hanya pernah tembus 1 kali, itu juga pada titik terakhir sebelum saya menjalani tes pertama. Hal tersebut membuat saya sedikit ragu dengan peluang masukknya saya ke tempat favorit tersebut. Akan tetapi, ibu saya selalu berkata untuk menunggu takdir mengarahkanmu, yang perlu kita lsayakan adalah usaha yang keras dan berdoa sebanyak-banyaknya lalu tunggulah takdir menuntun jalan yang telah dipilihkan olehNya.


Setelah memikirkan matang-matang dan sholat istikhoroh untuk memantapkan pilihan, saya memutuskan untuk menaruh FKUI sebagai pilihan pertama dan kedokteran di universitas lain pada pilihan kedua. Saya sedikit khawatir karena 2 pilihan yang saya pilih sama-sama memiliki passing grade yang tinggi. Tapi saya harus selalu yakin bahwa jika memang saya ditakdirkan di salah satu tempat diantara pilihan saya maka saya akan masuk.

Waktu pengumuman yang tidak terlalu lama membuat saya lebih tenang dan tidak mengkhawatirkan hasil yang akan keluar. Mungkin karena ini sudah kali kedua, saya lebih ikhlas dan tidak terlalu memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Hari demi hari terlewati dan akhirnya tiba masanya untuk membuka pengumuman SBMPTN 2019. Rasa gugup masih menyelimuti saya karena teringat momen penolakan tahun lalu. Namun akhirnya saya memberanikan diri untuk membukanya dan langsung terpampang kata-kata "selamat anda diterima sebagai mahasiswa fsayaltas kedokteran Universitas Indonesia." Saya bersama dengan ibu saya langsung menangis dan tidak percaya saat melihat bahwa saya diterima sebagai mahasiswa di kampus impian saya.


Saya harap semoga saya dapat terus bertahan disini demi diri sendiri juga keluarga dan tetap melsayakan yang terbaik di FKUI ini dengan tidak melupakan betapa panjangnya perjalanan yang harus saya lalui dan tetap memaknainya sebagai momen pendewasaan. Pertemuan saya dengan teman-teman gapyear merupakan momen yang tidak akan pernah saya lupakan karena mereka juga merupakan salah satu support system yang saya miliki. Saya juga berharap masyarakat dapat lebih menghargai keputusan orang lain dan berhenti menghakimi orang-orang yang berbeda dari mereka, baik secara fisik maupun secara kesehatan mentalnya. Semoga keluarga baru saya di FKUI’19 dapat semakin dekat dan selalu membantu temanya yang kesusahan dimanapun berada.


Pesan dari saya untuk semua yang ingin masuk ke FKUI, "jika mimpimu tidak membuatmu tsayat, maka mimpimu kurang besar." Maka pajang besar-besar mimpi-mimpimu, buat dirimu tsayat dan jadikan itu sebagai pecutan untuk selalu berbuat yang terbaik yang kamu bisa. Kita pasti menemukan orang-orang yang akan menurunkan semangat kita dan meremehkan mimpi kita tapi tetaplah berjuang, terus belajar, dan serahkan semuanya pada takdir. Jika sudah pernah jatuh, jangan pernah menyerah untuk bangkit lagi dan lagi karena kamu tidak akan tau dikali keberapa kamu bisa menuai kesuksesan. Karena seperti kata orang, batu harus menerima banyak tempaan hingga akhirnya menjadi berlian. Jika memutuskan untuk mengambil gapyear, maka jadikanlah gapyear sebagai sebuah wadah pembelajaran.


Rencana yang akan saya lsayakan saat saya menjadi mahasiswa FKUI adalah pada tahun pertama saya sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan dan menjalankan yang terbaik sebisa saya. Bisa menyeimbangkan waktu istirahat, belajar, dan juga refreshing. Pada tahun ketiga saya sudah menjadi bagian dari kepengurusan suatu organisasi atau komunitas yang berkutat pada bidang kesehatan. Pada tahun ke 10 saya sudah menyelesaikan spesialis psikiatri seperti tujuan awal saya dan pada tahun ke 20 saya sudah memiliki klinik sendiri yang bisa diakses oleh semua kalangan dan menyelenggarakan konsultasi kejiwaan bagi semuanya. Semoga kita semua dapat menerima yang terbaik.

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page