top of page
Search

NARASI PERJUANGAN-SYIFAURRAHMA HANIF

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 15, 2019
  • 9 min read

Syifaurrahma Hanif adalah nama yang diberikan orang tua kepada saya. Kala itu, nama saya bukan Syifaurrahma Hanif melainkan Maryam Hanifah Hanif, mendengar ajuan nama itu, ibu saya kurang begitu senang karena kurang enak didengar baginya. Ibu sayapun mengajukan nama lain, yang mana ibu saya ingin selalu sehat, sehingga nama saya menjadi Syifa yang artinya obat. Dengan kehadiran saya di dunia, ibu saya mengharapkan adanya kesehatan bagi saya dan keluarga saya.

Nama itu lah yang membuat saya terdorong menjadi seorang dokter, selain itu dulu ketika masih kecil saya sangat sering diajak ke rumah sakit untuk mengantar dan menemani anggota keluarga saya yang sakit kala itu. Melihat dokter bekerja membuat saya kagum serta melihat betapa bermanfaatnya dokter di masyarakat membuat keinginan saya menjadi dokter sangat besar,sehingga ketika ditanya apa cita-cita saya, saya akan menjawab menjadi dokter!

Keinginan saya menjadi dokter ternanam kuat di diri saya, namun kala itu saya tidak mengetahui bagaimana cara menjadi dokter kecuali dengan belajar dan menjadi orang yang baik.

Seiring berjalannya waktu cita-cita saya menjadi dokter Masih ada. Kala itu pada hari minggu saya dengan bapak dan kakak saya diajak ke daerah deket UI karena ada urusan, setelah urusan itu selesai bapak saya mengajak pergi ke UI. Urusannya itu selesai mendekati waktu ashar, sehingga memutuskan untuk sholat di masjid Ukhuwah Islamiyah.

Sore hari sehabis ashar di Mesjid ukhuwah Islamiyah, bapak saya bertanya kelak ketika besar nanti saya dan kakak saya akan menjadi apa dengan didahului bertanya kepada kakak saya. Diakhir percakapan dengan kakak saya, bapak bilang dengan bangga “semoga kakak keterima di UI”, setelah itu bapak saya langsung berdoa agar kakak saya keterima di UI.

Saya tak sabar untuk giliran saya ditanya, tak sabar menceritakan cita-cita saya kepadabapak saya. Urusan dengan kakak selesai. Bapak langsung bertanya kepada saya. Kelak ketika besar saya ingin menjadi apa, dengan malu-malu senang saya mengatakan mau menjadi dokter. Respon yang bapak saya berikan adalah sebuah senyuman dan pujian, namun bukan hanya dua itu saja tetapi sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang merupakan alasan saya mau masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang merupakan fakultas kedokteran terbaik dan tertua di Indonesia.

"Hanifah mau kuliah kedokteran dimana?" Pertanyaan sederhana namun awal dari segalanya. Saya menjawab tidak tahu, Karena pengetahuan saya yang masih kelas 3 SD, mengenai perkuliahan dan universitas sangat minim bahkan tidak ada.

'Masuk Fakultas Kedokteran UI aja. Hanifah tahu ga fakultas kedokteran terbaik di Indonesia yang punya siapa? Universitas Indonesia. Bapak doain Hanifah keterima di Universitas Indonesia dan jadi dokter yang baik".

Mendegar itu saya sangat senang bahwa cita-cita saya didukung oleh bapak saya. Orang tua saya bukanlah orang tua yang memaksakan keinginan dan harapannya kepada anaknya, melainkan orang tua yang akan selalu memberi dukungan dan nasihat kepada cita-cita anaknya.

Percakapan diatas mungkin bagi sebagian orang itu hanya sebuah percakapan biasa atau hanya sekedar basa-basi, tapi menurut saya, itu bukan sekedar percakapan biasa melainkan adalah percakapan yang memulai perjalanan saya menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Setelah mendengar itu, keinginan saya bukan hanya sekedar menjadi dokter tetapi menjadi dokter lulusan Universitas Indonesia. Sehingga setiap Kali ditanya cita-cita saya apa dan kuliah dimana, saya akan dengan bangga menjawab dokter dari

Seiring berjalanannya waktu keinginan saya menjadi dokter lulusan UI semakin besar, bahkan di waktu SMP saya sudah tau ingin mengambil spesialis apa, yaitu spesialis bedah syaraf. Lulus dari SMP saya masuk ke SMAN 2 Tangerang Selatan yang merupakan sekolah favorite di daerah saya. Saya memilih sman 2 Tangerang Selatan untuk melanjutkan pendidikan, yang mana merupakan salah satu ikhtiar saya untuk keterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


Di SMA saya mengikuti berbagai perlombaan guna mendapatkan sertifikat yang akan dapat membantu dalam masuk perguruan tinggi. Untuk mendapatkan kuota undangan saya berusaha untuk ranking 1 di kelas dan memenangi berbagai perlombaan. Alhamdulillah, saya dari semester 1 hingga semester 4 mendapatkan ranking 1 di kelas, namun pada semester 5 ranking turun menjadi 7 di kelas. Pada semester 5 atau kelas 12 semester 1 kelasnya dikumpulkan berdasarkan nilai raport dan prestasi siswa pada semester sebelumnya. Maka dari itu saya dimasukkan di dalam kelas ungulan yang mana anak-anaknya memiliki semangat belajar dan kecerdasan yangtingi.

Saya mengikuti perlombaan dari bidang akademik maupun non akademik. Pada bidang akademik saya mengikuti lomba mata bidang Kimia, sedangkan pada bidang non akademik saya mengikuti mata bidang catur. Beberapa perlombaan yang saya ikuti, saya keluar membawa penghargaan, yaitu :

Juara 2 Olimpiade Sains Nasional tingkat Kota bidang Kimia

Juara 3 Lomba cepat tepat kimia chemistry fun days Unpad tingkat nasional

Finalis Chemistry Challenge Pesta Sains Nasional IPB tingkat nasional

Semifinalis National Chemistry Challenge ITS tingkat nasional

Juara 1 Olimpiade Olahraga Siswa Nasional tingkat Kota bidang catur

Pada bidang non akademik saya mengikuti mata bidang catur. Saya mengikuti catur karena saya suka berpikir secara struktur dan mengatur strategi, selain dari dua alasan itu saya mengikuti catur karena adalah lomba yang saya ikuti dari sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama sehingga ketika guru saya mengetahui hal tersebut, guru saya menyuruh saya mengikuti olimpiade olahraga siswa nasional. Akan tetapi fokus saya ketika Sekolah menengah atas bukan pada catur atau olimpiade olahraga siswa nasional melainkan pada olimpiade sains nasional bidang kimia. Sehingga saya tidak mempersiapkan secara matang untuk menghadapi O2SN

Pada tahun 2017 saya berhasil lolos Olimpiade Siswa Sekolah untuk mewakilkan sekolah di tingkat kota, namun saya dinyatakan tidak lolos ke tingkat provinsi. Ada perasaan sedih ketika mengetahui tidak lolos namun masih ada kesempatan untuk memperbaikinya pada tahun depan.


Setelah OSK sukses dilaksanakan kemudian dilaksanakan O2SK, pada waktu itu tidak ada perempuan di sekolah saya yang pernah menjuarai pertandingan catur sebelumnya, sehingga saya disuruh oleh guru olahraga saya untuk mewakilkan sekolah di tingkat kota. Dengan bermodal latihan kurang dari sebulan dan pengalaman pada masa SD dan SMP sebelumnya saya pun mengikuti O2SK. Tanpa disangka alhamdulillah saya menjuarai catur peringkat pertama di tingkat kota, sehingga saya melanjutkan ke tingkat provinsi.

Saya gugur dalam provinsi ketika O2SN sehingga saya tidak dapat melanjutkan ke tingkat nasional. Saya pun mengembalikan fokus untuk berlomba di OSN tingkat kota tahun depannya.


Tahun depannya alhamdulillah saya lolos ke tingkat provinsi dalam rangkaian OSN. Saya sangat bersyukur dan bangga berhasil lolos ke tingkat provinsi. Saya pun menyiapkan diri untuk OSP dan sangat berharap lolos ke nasional dan membawa pulang sekeping medali.

Takdir berkata lain, pada tanggal 8 Mei 2018 saya tidak melihat nama saya di surat pemanggilan peserta OSN. Mengetahui hal tersebut saya sangat sedih, kecewa, marah dan berbagai perasaan buruk meliputi saya karena itu merupakan tahun terakhir saya untuk mendapatkan keping medali. Bisa dikatakan bahwa disitulah titik terendah dalam hidup saya. Karena kejadian itu, kepercayaan diri saya yang sudah rendah dari dulu semakin tidak percaya diri dan parahnya semangat untuk ibadah dan belajar tidak ada.

Sebelumnya saya dikenal dengan pribadi yang kurang percaya diri dibanyak hal tetapi masih punya kepercayaan diri pada hal lainnya. Akan tetapi, setelah kejadian itu saya dikenal sebagai pribadi yang sangat tidak percaya diri.


Pengumuman OSN dilakukan sebelum ujian akhir semester 4 atau ujian kenaikkan kelas ke kelas 12, karena hal itu saya tidak belajar untuk mempersiapkan UKK saya sudah sangat pasrah dengan apapun hasil dan yang akan terjadi kedepannya.


Kelas 12 saya dimasukkan ke dalam kelas unggulan. Di kelas saya bukan termasuk anak yang rajin dan pintar. Semangat belajar dan ibadah saya hilang begitu saja karena kejadian itu. Semester 5 saya lalui biasa saja, alhamdulillah masih masuk ke dalam 10 besar di kelas dan nilai saya tidak turun. Akan tetapi ada perasaan khawatir tidak masuk kuota SNM.

Pada awal semester 6 perasaan khawatir tidak masuk kuota snmptn besar karena saya tidak memberikan yang terbaik dari kemampuan saya selama semester 5 kemarin. Saya pun kembali bersemangat ibadah, namun saya malu karena baru datang kepada-Nya ketika hanya butuh saja. Hari pengumuman kuota SNM tiba tepatnya pada tanggal 4 Februari merupakan pengumuman kuotanya. Lagi-lagi Allah SWT sangat baik kepada saya, alhamdulillah saya masuk ke dalam kuota sehingga dapat mendaftar SNMPTN.


Pada memilihan prodi sebenarnya saya sangat mau memilih FK UI akan tetapi di sekolah saya yang memiliki nilai dan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan saya, juga memilih FK UI. Temen sekelas saya yang rangking satu dan rangking dua angkatan memilih FK UI serta anak rangking satu di akselerasi angkatan saya juga memilh FK UI.

Saya pun mengosultasikan kepada guru BK di sekolah saya, guru BK menganjurkan saya untuk memilih Fakultas Kedokteran selain UI, beliau mengajukan saya untuk mendaftar di Fakultas Kedokteran Unpad. Hal itu disebabkan saya memiliki sertifikat lomba dari Unpad, karena peluang saya untuk keterima di kedokteran UI kecil, namun kalau bukan kedoteran UI hati saya tidak mau. Saya pun mengatakan bagaimana kalau saya mengambil FMIPA ITB saja, yang mana peluang saya lebih terbuka dibanding kedokteran UI.

Guru BK tidak menyarankan saya untuk FMIPA ITB, karena katanya kakak saya sudah di FMIPA ITB dan orang tua lebih senang bila dirawat oleh anaknya jika sakit, maka lebih baik tetap mengambil kedokteran. Lagi-lagi saya tetap tidak mau kedokteran selain kedokteran UI, bahkan saya nekat mengatakan saya akan tetap ambil kedokteran UI walaupun jika nanti saya tidak keterima, saya siap mengikuti SBMPTN, padahal nyatanya saya sama sekali belum siap SBMPTN. Mendengar itu guru BK menyetujui saya untuk mengambil kedokteran UI.

Perang batin terjadi dalam diri saya, dimana saya memilki kesempatan untuk tidak perlu mengikuti SBMPTN namun disisi lain saya tidak mau kalau bukan kedokteran UI. Saya memutuskan untuk daftar di kedokteran Unpad guna menggunakan kesempatan yang ada selain itu karena saya belum siap untuk SBMPTN. Pada saat itu saya menyiapkan hati saya untuk melepaskan kedokteran UI, walaupun hati kecil saya masih tidak ikhlas.

Selama menunggu pengumuman saya menyiapkan diri untuk menghadapi SBMPTN apabila tidak diterima di kedokteran UI. Saya berharap agar tidak usah mengikuti SBMPTN, karena persiapan SBMPTN saya sangat minim, walaupun masih ada keinginan kdokteran UI. Jujur saja saya tidak begitu tahu mengenai Kedokteran Unpad karena itu saya mencari tahu. Setelah mengetahui tentang kedokteran unpad keinginan hati kecil saya untuk kedokteran UI makin besar. Hati saya tetap pingin kedokteran UI.

Pengumuman SNMPTN tiba, tepatnya pada tanggal 24 Maret. Saya sangat deg-degan bahkan saya sampai panas dingin. Kala itu saya sangat takut tidak dapat snm, karena mengetahui kemampuan saya sangat kurang di sbm. Sebelum saya membuka pengumuman saya menangis, padahal belum dibuka. Saya menyiapkan hati agar jika tertolak tidak akan menangis dan sedih berlama-lama.

Pulang sekolah saya membuka pengumuman SNMPTN bersama kedua orang tua saya. Sebelum membukannya kami berdoa terlebih dahulu, ketika dibuka ternyata saya dinyatakan tidak lolos. Saya tidak begitu sedih karena diawal sudah menangis sebelum melihat penumumanya. Saya menghibur diri bahwa rezeki saya di kedokteran UI, namun yang membuat saya sedih adalah raut kecewa dari bapak ibu saya. Melihat raut kecewanya, saya pun berusaha untuk keterima di kedokteran UI.

Saya dimasukkan ke bimbingan belajar untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Guna membantu dalam persiapan menghadapi sbmptn. Selama 5 minggu saya belajar di bimbingan belajar.

Saya mengikuti dua kali test utbk, pada test utbk pertama saya memilih di Universitas Indonesia. Lokasi test saya berada di SMKN 3 DEPOK. Awalnya untuk test utbk kedua saya ingin tetap di UI saja, tetapi karena kesalahan dan berbagai faktor lainnya saya test utbk di Untirta, Serang.

Pada test utbk pertama saya bersyukur dan cukup kaget dengan hasilnya, saya mendapatkan nilai rata-rata sebesar 727,25, namun pada utbk kedua saya mengalami penurunan menjadi 624,35. Saya pun mendaftar SBMPTN dengan kedokteran UI pilihan pertama dan Sistem Informasi UI pilihan kedua, kedua pilihan merupakan saran dari orang tua saya.


Awalnya saya agak ragu untuk mendaftar kedokteran, apalagi kedokteran UI yang merupakan kedokteran terbaik dan tertua di Indonesia serta sudah memiliki akreditasi dari Internasional. Saya berpikir ada baiknya bila mendaftar ke FMIPA ITB atau kimia UI. Peluang untuk masuknya jauh lebih besar dibanding dengan kedokteran, karena yang memilki nilai diatas saya jauh lebih banyak. Akan tetapi, kedua orang tua saya menginginkan saya menjadi seorang dokter.

Kala sebelum pendaftaran sbm, ibu saya jatuh sakit. Sakit yang harus di opname selama 17 hari lamanya. Hampir setiap hari saya menjenguk ibu saya disela-sela persiapan utbk. Saya selalu sedih dan menangis ketika melihat ibu saya terbaring di kasur, apalagi ketika perawat datang untuk merawat ibu saya.

“Nanti Hanifah jadi dokter ya, biar nanti bisa ngerawat ibu”. Perkataan yang ibu lontarkan kepada saya ketika perawat datang untuk merawatnya. Mendegar perkataan itu sebenarnya saya sangat ingin untuk menjadi dokter namun saya mengetahui bahwa sangat berat untuk masuk dan keluar menjadi seorang dokter, selain itu saya tidak begitu yakin dapat diterima di kedokteran UI.

Saya bilang akan menjadi dokter kepada ibu saya sambil menahan tangis, karena itulah saya mendaftar di kedokteran UI dengan sangat berharap dapat diterima. Selama menunggu pengumuman hati saya tidak tenang, karena nilai yang diatas saya sangat banyak.kekhawatiran saya bertambah terlebih beberapa hari sebelum pengumuman ada yang memberitahukan bahwa rata-rata kedokteran UI 747 sekian, makin membuat saya tidak yakin keterima di kedokteran UI.

Beberapa jam sebelum pengumuman saya ingin menangis tapi tidak bisa. Saya mempersiapkan hati untuk tidak terlalu sedih bila tidak keterima di kedokteran UI. Satu jam sebelum pengumuman saya janjian dengan kedua orang tua saya buka barengan, tapi ibu saya mengatakn bahwa bukany masing-masing aja. Saya pun dengan ibu saya membuka di rumah sehabis ashar rencana awal, tetapi pada jam tiga sore ibu saya ingin segera membukanya. Saya mempersilakan dan saya memilih solat sunnah terlebih dahulu.

Ibu saya juga sangat deg-degan, akhirnya ibu saya menunggu saya selesai solat sunnah. Saya telah menyiapkan hati dan air mata jika saya tidak keterima. Saya pun membuka pengumumannya, dan yang muncul saya kata selamat anda keterima di fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Saya bingung, kaget, tidak percaya dan sebagainya, saya segera memeluk ibu saya dan menangis, namun saya masih tidak percaya. Saya beberapa kali me-refresh halaman sbmptn biar memastikan bahwa saya beneran diterima. Saya screen shoot berkali-kali sebagai bukti. Ketika saat itu saya seperti orang yang linglung benar-benar orang bingung, melihat itu ibu saya mengingatkan untuk sujud syukur, saya pun segere sujud syukur.

Semua ini pemberian-Nya, saya merasa malu karena dulu saya menjauh dari-Nya hanya karena keinginan saya tidak terkabul, padahal kita diberi apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.

Harapan saya untuk satu tahun kedepan adalah saya dapat mengikuti ON MIPA PT dan lancar bahasa inggris. Harapan untuk tiga tahun kedepan adalah saya dapt menjadi Mapres sesuai harapan ibu saya dan menjadi relawan. Harapan untuk lima tahun kedepan adalah saya telah selesai mengikuti koas dan sudah menghafal tiga juz al-qur’an. harapn untuk 10 tahun kedepan adalah melanjutkan spesialis bedah syaraf di Medical School of Harvard University. Harapan untuk 20 tahun kedepannya adalah saya berhasil menjadi mentri kesehatan yang dapat menyelesaikan masalah-masalah kesehatan di Indonesia maupun global dengan bantuan seluruh komponen masyarakat.

Dengan ini berakhir narasi perjuangan saya, saya berharap ini daoat menginspirasi kalian semua untuk mengejar mimipi kalian.



 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page