top of page
Search

NARASI PERJUANGAN - - Trisha Rahmi Dian R.

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 18, 2019
  • 9 min read

Hallo..!! Nama saya Trisha Rahmi Dian Reswara, lahir di Ponorogo pada tanggal 26 Mei 2001. Saya berasal dari SMA Negeri 39 Jakarta lulusan tahun 2019. Sekolah menengah atas saya berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur, dekat dengan Universitas Indonesia sebagai salah satu Universitas terbaik di Indonesia. Setiap tahun banyak lulusan-lulusan dari SMA saya yang diterima di Universitas Indonesia melalui berbagai jalur dan jurusan yang ada. Saya sangat bangga dengan pencapaian sekolah saya tersebut dan berkeinginan serupa yaitu menjadi salah satu mahasiswa baru Universitas Indonesia tahun 2019.


Sejak kecil saya memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dokter, terlebih lagi terinspirasi oleh ayah saya. Saya merasa menjadi seorang dokter merupakan tekad dan semangat yang ingin saya capai. Alasan saya memilih untuk menjadi seorang dokter adalah saya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, saya ingin membanggakan kedua orang tua, saya ingin melakukan kegiatan kemanusiaan, saya ingin menjadi orang yang diperlukan dan saya bertekad untuk menjadi seorang pembawa perubahan.


Seperti yang banyak orang ketahui, Fakultas kedokteran Universitas Indonesia merupakan fakultas kedokteran tertua sekaligus terbaik di Indonesia. FK UI sendiri sudah sangat terkenal di berbagai kalangan terutama siswa sekolah menengah. Banyak yang beranggapan masuk Universitas Indonesia saja sudah sulit apalagi fakultas kedokterannya. Saya pun awalnya beranggapan demikian. Sebenarnya, belum pernah terlintas di pikiran saya untuk menjadi salah satu mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Namun, Semakin tinggi tingkat pendidikan yang saya tempuh saya memperoleh semakin banyak informasi mengenai FK UI yang menambah kegairahan saya untuk dapat masuk ke salah satu jurusan terbaik di Universitas Indonesia ini.


Setiap tahunnya ribuan orang berusaha memperebutkan posisi sebagai mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Kenyataan tersebut kadang membuat saya takut, tetapi sejak pertengahan tahun 2018 saya bertekad untuk mengerahkan segenap usaha saya untuk ikut memperebutkan kursi di FK UI tahun 2019. Mengemban pendidikan di Universitas terbaik dengan jurusan yang saya inginkan menjadi suatu impian yang saya usahakan semaksimal mungkin dengan penuh keyakinan.


Usaha untuk masuk ke fakultas kedokteran Universitas Indonesia saya mulai melalui jalur SNMPTN. Sejak masa awal SMA saya sudah mengetahui adanya jalur masuk undangan ke universitas negeri atau yang biasa dikenal jalur SNMPTN. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk mengejar jalur tersebut karena menurut saya lulus melalui jalur undangan akan sangat memudahkan saya nantinya. Pada jalur SNMPTN ini kita hanya perlu menginput data nilai rapor saja. Siapa yang tidak menginginkan masuk ke universitas negeri tanpa tes?? Orang yang lulus melalui jalur snmptn pun memiliki beberapa keuntungan antara lain terbebas dari berbagai ujian tulis dengan tingkat persaingan yang sangat kompetitif, memiliki kesempatan untuk mempersiapakan kebutuhan perkuliahan lebih dini, memiliki waktu liburan yang lebih lama dan masih banyak yang lainnya.


Untuk mengejar jalur tersebut pada setiap semester saya selalu mengusahakan diri saya agar dapat masuk peringkat 10 besar di kelas dan 30 besar paralel. Alhamdulillah usaha saya berhasil sehingga saya berkesempatan mendaftarkan diri dalam jalur SNMPTN 2019. Namun, Tuhan tidak mengijinkan saya lulus melalui jalur ini. Nilai rapor saya tidak mencukupi untuk dapat lulus di pilihan jurusan pendidikan dokter tentunya. Saya tahu hal tersebut, namun saya tetap memaksakan diri mendaftar di jurusan yang saya inginkan. Alasannya, karena saya tidak ingin ada penyesalan di kemudian hari apalagi saat itu ada kebijakan bagi siswa yang telah lulus pada jalur SNMPTN harus mempertangjawabkan pilihannya, artinya mereka tidak boleh menolak hasilnya. Saya pun berpikiran jika saya gagal pada jalur pertama ini saya masih memiliki banyak kesempatan lain. Perasaan saya saat itu sedih pastinya, disaat teman-teman saya lainnya sudah mendapatkan kursi di berbagai universitas negeri, saya justru masih harus berjuang di jalur tulis.


Setalah selesai dengan segala ujian atau urusan SMA sampai dengan ujian nasional, saya mulai fokus mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian-ujian tulis masuk perguruan tinggi negeri baik SBM maupun mandiri. Setiap hari dari pagi hingga sore saya datang ke salah satu bimbingan belajar untuk menimba ilmu. Di sana saya berlatih mengerjakan berbagai macam jenis soal, belajar menghitung dan menjawab soal dengan cepat, sekaligus mengulang-ulang materi. Tidak berhenti disitu, saya selalu menyempatkan diri melakukan hal yang sama di rumah. Pada kelas bimbingan belajar itu saya bertemu banyak teman baru yang mungkin memiliki nasib sama dengan saya, kami senantiasa saling mendukung dan mengajarkan satu sama lain agar kami bersama-sama dapat diterima di perguruan tinggi negeri tahun 2019. Masa-masa ini mungkin menjadi masa yang paling saya ingat sekarang dan untuk masa yang akan datang karena perjuangan itu sungguh sangat melelahkan baik bagi fisik,hati dan juga pikiran.


Saya memulai usaha saya dengan semangat yang membara. Saya selalu mengerjakan tugas tambahan, konsul ke guru bidang studi, diskusi bersama teman, dan setiap hari jumat/sabtu dalam setiap minggu saya selalu menyempatkan diri mengikuti tryout SBMPTN untuk mengetahui sejauh mana kemampuan saya. Awalnya memang sangat memusingkan, jenis soal yang beragam dan sulit diselesaikan ditambah belum pernah dipelajarinya jenis soal semacam itu di sekolah membuat kebanyakan orang tidak siap. Saya sendiri bukan seorang siswa yang sangat pintar bahkan cenderung biasa-biasa saja. Akantetapi, saya selalu berusaha untuk menjadi siswa yang rajin dan bekerja keras sampai akhirnya saya bisa.


Salah satu hal yang baru dari Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri di tahun 2019 ini adalah UTBK atau Ujian Tulis Berbasis Komputer. Dalam UTBK 2019, peserta dapat mengikuti tes 2 kali dengan jadwal sesuai pilihan perserta yang diadakan diberbagai universitas di daerah. UTBK dilaksanakan di setiap akhir pekan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Kebijakan yang cenderung tiba-tiba ini membuat saya pun menjadi bingung dan cemas karena angkatan saya menjadi angkatan percobaan sistem baru yang belum punya role model dari tahun-tahun sebelumnya.


Saya mengikuti dua kali tes UTBK yaitu tanggal 27 April 2019 dengan lokasi tes di Universitas Indonesia dan 18 Mei 2019 dengan lokasi tes di UPN Jakarta. Tanggal dan lokasi ujian tersebut saya pilih dengan berbagai pertimbangan dan ketersedian kuota dimana saat itu saya juga harus berebut jadwal dengan peserta-peserta lainnya. Saya memilih untuk mengikuti dua kali tes UTBK untuk memaksimalkan kesempatan sekaligus belajar sistem ujian baru sehingga untuk ujian selanjutnya saya sudah terbiasa.


Saat mengerjakan UTBK sejujurnya saya belum yakin dengan kemampuan yang saya miliki. Jarak waktu ujian yang tidak jauh dari ujian nasional SMA membuat pesiapan saya kurang matang. Saat mengerjakan soalnya pun saya sangat panik karena waktu terus berkurang dengan cepat tanpa saya sadari. Alhasil, saat pengumuman hasil UTBK pertama keluar, saya pun merasa kecewa. Hasil yang saya dapatkan tidak sesuai harapan bahkan jauh lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata tryout saya di bimbingan belajar. Saya sempat terpuruk, skor tersebut jauh dari target bahkan belum mampu mengamankan posisi saya untuk mendaftar jurusan apapun di Universitas Indonesia.


Saya tidak menyerah,sejak pengumuman itu saya semakin menggiatkan usaha dan doa. saya terus menerus meyakinkan diri jika saya masih memiliki kesempatan. Saya mengerjakan lebih banyak soal lagi, saya datang lebih pagi ke tempat bimbingan belajar dan pulang lebih sore untuk ikut kelas-kelas tambahan. Saya juga mengubah jam tidur saya menjadi lebih larut dan bangun lebih pagi. Dalam setiap ibadah yang saya lakukan tidak lupa saya panjatkan doa agar dipermudah dalam mengejar impian saya. Akhirnya datanglah hari pelaksanaan ujian UTBK kedua saya, saya merasa lebih yakin. Saya mengerjakan soal dengan lebih tenang dan lebih percaya diri. Alhamdulillah hasil yang saya dapatkan lebih baik dari sebelumnya. Saya bersyukur dengan hasil tersebut, tetapi saya sekaligus tahu jika nilai tersebut belum cukup untuk masuk ke FK UI. Kali ini bertambahlah kebingungan saya, kesempatan kedua masuk PTN belum mampu saya laksanakan dengan baik. Alhasil, untuk memanfaatkan nilai UTBK yang telah saya dapatkan saya memutuskan untuk mengamankan posisi saya memilih teknik biomedik di salah satu perguran tinggi di Surabaya. Saya pun berhasil lulus SBMPTN jurusan teknik biomedik.


Saat pengumuman SBMPTN saya merasa senang karena bukan penolakan lagi yang saya terima. Saya berhasil memasukkan nama saya menjadi salah satu mahasiswa baru salah satu universitas negeri di Indonesia. Di lain sisi, saya tidak merasa puas. Impian saya belum tercapai dan saya harus merantau jauh. Untuk berjaga-jaga kedua orang tua saya menyarankan saya tetap melakukan daftar ulang di kampus tersebut. Ketika saya berangkat ke Surabaya saya merasa berat untuk pergi dan saya merasa jika apa yang saya dapatkan bukanlah yang seharusnya,ini bukan tempat saya.


Saya memutuskan untuk ikut berbagai ujian mandiri. Ujian mandiri yang saya ikuti antara lain UM UNAIR, UTUL UGM, UM UNDIP, dan SIMAK UI. Dalam jangka waktu antara SBM dan mandiri hanya tersisa 1 bulan. Sama seperti sebelumnya saya datang ke bimbingan belajar untuk persiapan mandiri. Disini saya merasakan susana yang berbeda karena kelas sudah tidak ramai seperti biasanya. Jadwal belajar di bimbingan belajar pun sudah tidak sepadat jadwal persiapan SBM. Ketika persiapan mandiri ini saya memiliki lebih banyak waktu luang untuk belajar sendiri. Saya memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk membaca berkali-kali ringkasan materi dari buku catatan dan mengerjakan soal-soal hingga saya benar-benar memahami materi dan dapat langsung tahu jalan keluar dalam setiap soal. Saya giatkan seluruh usaha juga doa saya karena ujian mandiri adalah kesempatan terakhir saya tahun ini dan sampai saat itu tidak ada niatin bagi saya untuk mengulang tahun depan.


Ujian mandiri sendiri memiliki beberapa kekurangan mulai dari biaya kuliah yang diterapkan beberapa universitas lebih tinggi dari jalur lainnya, soal yang lebih sulit atau bahkan kita harus datang langsung ke daerah universitas tersebut. Beberapa kekurangan ini menjadikan beberapa orang justru memilih menunda 1 tahun dan mengikuti SBMPTN tahun depan. Beberapa dari teman saya pun berpikiran hal yang sama, mereka sudah lelah untuk berjuang lagi dan menyerah pada hasil SBM mereka walaupun tidak sesuai dengan keinginan awal. Oleh karena itu, saya merasa jika kesempatan yang saya miliki lebih besar.

Dengan persiapan yang jauh lebih lama saya pun lebih matang baik mental maupun materi ujian. Saya hadapi satu-persatu ujian mandiri yang telah saya daftarkan. Saya berusaha mati-matian untuk mengerjakan yang terbaik yang dapat saya kerjakan. Di titik ini saya benar-benar sudah pasrah dengan kehendak Tuhan. Saya berpikir jika sampai ujian mandiri yang notabenenya kesempatan terakhir saya belum juga dapat jurusan kedokteran, saya akan menyerah dan menjalani kehidupan saya sebagai mahasiswa baru teknik biomedik di salah satu universitas negeri di Surabaya.


Tibalah hari demi hari pengumuman ujian mandiri. Pengumuman mandiri pertama yaitu UM UNAIR tanggal 10 Juli 2019 satu hari setelah pengumuman SBMPTN dan hasilnya saya GAGAL. Ujian mandiri kedua yaitu UTUL UGM tanggal 23 Juli 2019 dan hasilnya GAGAL. Ujian mandiri ketiga yang saya ikuti yaitu UM UNDIP pengumuman tanggal 29 Juli 2019 saya kembali harus melihat tulisan “ Maaf anda belum lolos seleksi ....”, saya GAGAL. Saya sangat sedih menerima kenyataan ini. Saya terus menerus menangisi kegagalan yang saya terima. Dititik ini saya sudah menyerah dan tidak berharap apapun lagi.


Tersisa satu kesempatan yaitu simak UI. Saya sudah tidak berharap terlalu tinggi untuk dapat diterima. Soal simak UI merupakan soal yang paling sulit diantara soal mandiri lainnya menurut saya juga kebanyakan orang. Simak UI adalah ujian mandiri terakhir yang saya ikuti. Saat pengerjaan soal simak saya bertekad untuk berani menjawab soal sebanyak mungkin yang dapat saya jawab. Sebelumnya, saya sedikit menyesal pada ujian-ujian mandiri yang saya ikuti karena saat itu saya tidak berani menjawab banyak soal,saya takut dengan point minus jika jawaban salah. Di SIMAK UI kali ini saya tidak takut salah. Setiap menjawab soal selalu saya iringi dengan bacaan doa di dalam hati. Cara ini membantu menenangkan hati, saya juga ikut menyerahkan apapun hasilnya kepada Tuhan. Pada akhirnya, dalam ujian simak ini saya berhasil menjawab 39/60 soal saintek dan 36/45 soal kemampuan dasar.

31 Juli 2019 Pukul 14.00, jadwal pengumuman simak UI 2019. Jujur saya sangat takut dan tidak siap menerima kenyataan jika saya gagal nantinya. Tepat pukul 13.30 saya putuskan untuk tidur siang karena persaan saya campur aduk saat itu. Saya tidur dengan cukup pulas, sampai pukul 15.45 telepon saya terus menerus berdering bunyi panggilan masuk. Saya berusaha untuk mengesampingkannya karena masih dalam kondisi yang setengah sadar. Lima menit berselang ketika saya melihat layar hp saya, ternyata sudah ada delapan kali panggilan masuk. Saya pun baru tersadar jika pengumuman simak telah keluar. Saya tidak langsung membuka portal pengumuman melainkan grup kelas. Disana sudah banyak teman yang mengabarkan jika mereka lulus jalur SIMAK dengan jurusan farmasi, teknik sipil, fkg dan lain-lain. Hati saya berdebar sangat kencang. Keberhasilan teman saya membuka harapan dan keyakinan bahwa saya juga akan diterima. Saya langsung membuka website pengumuman simak tanpa berlama-lama lagi. Saya masukkan nomer pendaftaran, program yang diikuti dan tidak lupa berdoa sebelum mengklik hasil seleksi. ALHAMDULILLAH SAYA LOLOS .....!!.Saya sangat kaget dan tidak percaya. Tidak pernah terpikir sekalipun kali ini saya melihat tulisan selamat. Saya menangis dan sujud syukur kapada Tuhan karena telah mengabulkan doa dan impian saya. kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi saya menjadi salah satu mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019.


Keberhasilan saya menjadi maba FK UI 2019 ini bukan merupakan akhir dari perjuangan, melainkan awal saya dalam menggapai impian menjadi seorang dokter. Saya akan senantiasa mengingat perjalanan rumit saya untuk sampai dititik ini. Saya berharap cerita saya ini dapat menginspirasi banyak orang jika suatu kegagalan tidak perlu dihindari, tetapi perlu dihadapi. Jangan pernah takut ataupun menyerah sebelum berjuang. Ingat setiap orang punya kesempatan yang sama, tinggal bagaimana cara kamu menggapai harapan dan mimpimu. Lalui semua tahapan dengan usaha semaksimal mungkin dan serahkan hasilnya kepada Tuhan. Tuhan tahu apa yang terbaik bagimu, walaupun yang terbaik tidak selalu yang terindah.


Saya berharap saya mampu menjadi mahasiswa FK UI yang aktif di kegiatan akademik maupun non akademik, Mampu bertahan dengan beratnya proses pembelajaran, dapat lulus tepat waktu dengan predikat cumlaude dan bergelar dokter nantinya. Saya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain terutama keluarga, orang-orang terdekat saya dan juga masyarakat. Saya juga ingin meningkatkan derajat kedua orang tua saya dan membuat mereka bangga dengan pencapaian saya. Ketika nantinya saya telah berhasil menjadi seorang dokter, saya akan berusaha menjadi seseorang yang loyal dan penuh pengadian terhadap pekerjaan dan juga masyarakat. Saya pun berharap nantinya saya mampu menjadi seorang penggerak perubahan yang menghasilkan kesetaraan, perbaikan, dan pemerataan pelayanan kesehatan di berbagai wilayah di Indonesia.


Rencana saya untuk beberapa tahun kedepan adalah belajar mandiri ataupun bersama kelompok belajar untuk memaksimalkan pendidikan dan mempermudah perjalanan saya di FK UI, saya berusaha lulus tepat waktu dengan predikat cumlaude, membentuk suatu perkumpulan untuk melakukan berbagai aksi sosial ke masyarakat seperti membentuk rumah baca, saya akan melanjutkan pendidikan spesialis, memanfaatkan kemapuan saya sebagai seorang dokter untuk membantu banyak orang, dan menjadi salah tau pejabat tinggi di tingkat kementrian kesehatan.


Pesan saya bagi teman-teman yang mau masuk ke FK UI adalah KALIAN HEBAT DAN KALIAN BISAA !! Tidak ada yang tidak mungkin dan jangan pernah berputus asa. Berusaha dan bekerjakeraslah semaksimal mungkin agar tidak ada penyesalan nantinya. Kalau kalian gagal... itu biasa, coba kejar kesempatan lain. Rezeki orang berbeda-beda dan pahami itu. satu kata mutiara untuk kalian para pejuang “suatu hari ada rasa pahit datang pada hidupmu, gakpapa obat juga pahit, banyak yang sehat karenanya” - Marchella FP

Sekian dari saya dan terima kasih.

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comentarios


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page