Narasi Perjuangan -- Vahira Waladhiyaputri
- FKUI 2019
- Aug 18, 2019
- 8 min read
Halo semua! Perkenalkan, nama saya Vahira Waladhiyaputri, biasa dipanggil Vahira. Lahir di Jakarta, hari Sabtu tanggal 22 September 2001 dari pasangan suami istri yang tinggal di Jakarta pula. Ayah saya bernama Deni Edhitayasa dan ibu saya bernama Evy Purnama. Saya merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adik saya perempuan dan lahir di bulan September pula 2 tahun kemudian, tahun 2003.
Tiga tahun pertama dalam kehidupan saya, apabila harus jujur, sangatlah mempengaruhi kehidupan saya kedepannya. Ibu dan Ayah saya suka sekali mengajak saya bermain dan mengajarkan permainan yang mengasah otak. Permainan yang perlu kemampuan berpikir, mengingat, dan mengasah keterampilan seperti seni dan lainnya. Mungkin sebagian dari kalian akan menganggap hal tersebut adalah hal yang "jahat" dilakukan oleh orang tua. "Masa, anak kecil udah disuruh mikir sih? ngga kasian apa?" itu pasti terlintas di pikiran beberapa pembaca. Namun, ketika kecil, saya sangat menikmati itu semua. Saya tidak merasa terbebani, bahkan saya menjadi terbiasa untuk berpikir. Saya suka berpikir. Sungguh, saya sangat berterimakasih kepada Ibu dan Ayah yang telah mendidik dari ketika usiaku masih sangat kecil.
Hal itu berlanjut ketika taman kanak-kanak. Mungkin, karena sudah dibiasakan untuk berfikir, saya menjadi cepat mengerti ketika diajarkan mengeja. Bahkan ketika teman-teman saya masih belajar mengeja "ba bi bu ca ci cu" saya sudah bisa dengan lancar membaca majalah dan buku cerita. Guru saya bangga dengan perkembangan belajar saya yang sungguh pesat dibanding teman-teman lainnya. Semua itu juga dikarenakan Ibu dan Ayah hampir setiap malam mengajari saya membaca dengan sangat bersemangat dan selalu membuat saya merasa dihargai dengan seberapa sedikitpun kemajuan saya. Mereka seringkali memuji saya, sehingga semangat belajar saya semakin terpicu.
Ketika SD, saya selalu menjadi juara kelas. Hanya sekali saja saya tidak menjadi juara kelas, yakni ketika kelas 1 SD. Pada saat itu, saya mendapat peringkat 6. Jujur, saya merasa sangat kecewa karena merasa selalu "lebih" dari orang lain, namun kali ini tidak. Memang, itu merupakan salah satu sifat buruk saya yakni seringkali merasa lebih baik dari orang lain. Namun, peristiwa tersebut menjadi sebuah pemicu tingkat keinginan saya untuk menjadi yang terbaik, yang bisa jadi merupakan hal yang baik. Sejak itu, saya menjadi rajin belajar dan tidak bermalas-malasan di kelas. Akhirnya saya bisa menjadi juara 1 di kelas sejak kelas 2 SD hingga 6 SD.
Kehidupan SMP dan Sekolah Menengah Atas saya berjalan dengan lancar. Diterima di SMP swasta yang favorit, lalu masuk ke Sekolah Menengah Atas negeri favorit pula. Ketika SMP, semangat belajar saya mulai menurun karena lebih sering bermain dengan teman-teman. Dengan diterimanya saya di SMP favorit, menyebabkan saya memiliki teman-teman seangkatan yang pintar-pintar. Entah mengapa, bukannya jadi semakin terpicu untuk menjadi “juara” saya malah menyerah di awal. Berdasarkan hasil tes penerimaan siswa baru, saya mendapat tawaran untuk masuk ke kelas akselerasi. Namun, karena rasa malas dan menyerah di awal tersebut, saya menolak tawaran kelas akselerasi. Belajar di kelas reguler membuat saya menjadi tambah bersantai dan cenderung berleha-leha. Saya tidak lagi menjadi sosok juara di sekolah. Nilai saya biasa-biasa saja dan NEM Ujian Nasional saya standard. Sempat bingung dan menyesal karena tidak bersungguh-sungguh di SMP karena nilai saya tidak mencukupi ketika mendaftar di Sekolah Menengah Atas Favorit melalui jalur umum. Namun, alhamdulillah ketika mendaftar melalui jalur lokal, saya diterima di Sekolah Menengah Atas yang saya inginkan, tetangga dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Salemba.
Saya berasal dari Sekolah Menengah Atas Negeri 68 Jakarta. Sekolah Menengah Atas Negeri Favorit di Jakarta Pusat. Sejak Sekolah Menengah Atas, saya menjadi lebih rajin dibanding ketika SMP, karena rasa menyesal mendapat nilai jelek sehingga tidak mencukupi untuk daftar ke Sekolah Menengah Atas melalui jalur umum. Selama Sekolah Menengah Atas, sifat rajin saya mulai muncul kembali. melihat lulusan sekolah saya banyak yang diterima di PTN melalui jalur undangan atau SNMPTN membuat saya sangat termotivasi. Oleh karena itu, saya menjadi semakin giat untuk belajar dan yang terpenting, belajar untuk ilmunya dan bukan untuk nilai. hal tersebut selalu menjadi prinsip dalam perjalanan belajar saya, karena sadar bahwa ilmu yang sesungguhnya akan berguna adalah yang tertera dan terperangkap di otak, bukan di rapot.
Selama bersekolah, saya sangat menyukai pelajaran matematika, karena sangat menyukai berhitung, terutama dalam mengerjakan soal matematika yang harus diolah terlebih dulu dan memerlukan kemampuan problem solving. Dengan terasahnya kemampuan saya dalam berpikir sejak kecil ketika diajarkan oleh orang tua saya, saya menikmati mengerjakan soal matematika yang harus “dipikir” terlebih dahulu.
Menjadi seorang dokter merupakan cita-cita saya sejak kecil. ingin sekali mempelajari tentang tubuh manusia dan cara memperbaikinya ketika rusak. ingin juga membantu orang-orang yang membutuhkan, karena yang saya tahu banyak orang di pedalaman yang kurang mendapatkan pelayanan kesehatan seperti yang seharusnya. Selain itu, orang tua saya juga seringkali menyarankan saya untuk menjadi seorang dokter. Mereka yakin bahwa saya bisa, oleh karena itu saya menjadi tambah termotivasi untuk masuk ke fakultas kedokteran.
Tiba saatnya ketika saya kelas 11 ditawarkan oleh guru matematika saya untuk mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN). Jujur, sebenarnya saya sangat malas untuk mengikuti hal seperi itu dikarenakan teman-teman saya tidak ada yang suka ikut kegiatan yang berbau "rajin". Saya juga tidak suka melakukan hal apabila tidak ada teman, karena pasti akan terasa sangat membosankan. Namun, karena saya sangat menyukai matematika, apa salahnya untuk mencoba? Saya pun mendaftarkan diri untuk mengikuti penyisihan tingkat sekolah dan alhamdulillah saya lolos ke tingkat selanjutnya, tingkat kota.
Pada Olimpiade Sains tingkat kota Jakarta Pusat waktu itu, saya mempersiapkan diri dengan sangat minim, bahkan bisa dibilang tidak belajar sama sekali. Namun, dengan bantuan doa dari orang tua dan diri sendiri saya lolos ke tahap selanjutnya, tingkat provinsi. disitulah perjalanan olimpiade saya berhenti, karena persiapan yang memang sangat minim dibandingkan dengan peserta lain yang sangat bersungguh-sungguh mengikuti olimpiade. Walaupun tidak berhasil, saya tetap mendapat piagam penghargaan karena mendapat peringkat 9 dari seluruh peserta Jakarta Pusat.
Sejak kelas 11, kesadaran saya untuk lebih sering dan giat lagi untuk beribadah mulai timbul. Saya sadar bahwa kekuatan doa sangatlah penting. Walaupun belajar sesering dan sebanyak mungkin, jika tidak mendapat ridha Yang Maha Kuasa, maka keinginan kita tidak akan terkabul.
Tiba-tiba, saat liburan kelas 11, saya mengalami sakit perut, awalnya dikira sepele seperti maag (seharusnya tidak dianggap sepele) namun ternyata setelah di cek ke rumah sakit, usus buntu saya harus segera dioperasi. Operasi pertama semasa hidup saya, sungguh takut rasanya. Setelah selesai dioperasi, saya terpaksa dirawat di rumah sakit tersebut selama berhari-hari. Dalam hari-hari tersebut, saya mulai terbiasa dengan kehidupan rumah sakit. Ramahnya sosok suster yang merawat saya, cekatannya dan kemampuan menenangkan dari sosok dokter, dan kamar rumah sakit itu sendiri. Memang, sejak kecil saya sering ke rumah sakit dan selalu mengamati orang-orang disana. Seluruh pegawai yang melayani pasien dengan ramah dan pasien-pasien dengan penyakit berbeda yang selalu membuat saya penasaran, penyakit apa yang menimpanya? Apa yang membuat mereka berada disini? Ingin sekali rasanya membantu, namun saya hanyalah anak kecil yang sedang dibawa ke rumah sakit juga. Bisa apa? Intinya, saya merasa nyaman ketika berada di rumah sakit, seperti ada yang memanggil untuk tetap berada disana. Sejak itu, saya semakin bertekad untuk menjaga dan menjunjung cita-cita saya menjadi dokter.
Tiba saatnya ketika pendaftaran SNMPTN, saya mendaftarkan diri dengan pilihan pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. sebenarnya, terjadi sebuah konflik dalam hati, dimana sebenarnya saya ingin mendaftarkan diri di ilmu aktuaria atau akuntansi di Universitas Indonesia, karena kecintaan saya terhadap pelajaran matematika. Walaupun bercita-cita menjadi dokter sejak kecil, hati kecil saya tidak bisa berbohong bahwa sebenarnya saya lebih berminat pada pelajaran matematika dibanding biologi. Namun, satu hal yang membuat saya yakin untuk memilih fakultas kedokteran. saya yakin bahwa dengan mempelajari ilmu kedokteran, saya akan memanfaatkan kemampuan problem solving saya dalam mengidentifikasi dan mengobati penyakit pasien kelak.
Sejujurnya, saya merasa sangat tidak yakin untuk mendapatkan kesempatan tersebut, karena ada beberapa teman saya yang juga menginginkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan nilai yang sedikit lebih tinggi daripada nilai saya. Namun, hal tersebut tidak mematahkan semangat saya untuk bisa diterima dan menimba ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya menginput nilai rapot sekaligus sertifikat OSN tingkat kota yang saya dapatkan ketika kelas 11 dan sertifikat-sertifikat perlombaan lainnya.
Selama menunggu pengumuman SNMPTN, saya tidak bersantai-santai mengandalkan nilai dan sertifikat saya yang sedang diseleksi oleh panitia penerimaan SNMPTN,melainkan tetap mempersiapkan diri untuk SBMPTN atau UTBK dan SIMAK UI. Saya mengikuti setiap kelas intensif untuk ujian mandiri di tempat les saya, tidak mau menyia-nyiakan waktu yang sempit itu. Saya sangat yakin bahwa pintu masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tidak hanya melalui jalur undangan saja dan apabila bertekad, saya yakin pasti bisa.
Tiba saatnya ketika pengumuman SNMPTN, waktu itu pukul 10 pagi, jantung saya mulai berdegup kencang. padahal, sebelum-sebelumnya biasa saja, tidak ada rasa takut atau apapun karena merasa yakin "tidak mungkin diterima". Namun, saat itu, saya menjadi sangat mengharapkan agar website pengumuman menunjukan warna hijau dan kata selamat. Karena ketidaktenangan hati saya saat itu, saya memutuskan untuk melaksanakan ibadah sholat dhuha dan mengaji sebentar. dan benar, setelah melakukan hal tersebut, hati saya menjadi jauh lebih tenang.
Akhirnya, setelah cukup tenang, saya memberanikan diri untuk membuka website pengumuman. dengan mengucap "bismillah", saya membuka pengumuman. sungguh tidak percaya rasanya ketika melihat warna hijau dan kata selamat. tidak terasa air mata langsung menetes di pipi. saya mencoba memperbarui laman untuk memastikan bahwa pengumuman tersebut valid dan ternyata benar, warna hijau dan kata selamat tetap berada di layar. saya senang dan bersyukur sekali, langsung melaksanakan sujud syukur sebagai ungkapan berterimakasih kepada Allah swt. yang sudah mempermudah jalanku menuju cita-cita sejak kecil. Sungguh, setiap mengingat kejadian waktu itu, masih terbesit pikiran tidak percaya dengan hasil yang didapat. Merasa bahwa saya tidak berhak untuk mendapatkan jalur masuk paling diincar orang-orang, jalur SNMPTN.
Harapan saya kedepannya adalah agar bisa menjadi orang yang lebih baik lagi dan lebih bersyukur dengan kehidupan. dengan dimudahkannya jalan saya untuk diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indondsia, saya merasa sangat bersyukur dan bahwa Allah swt. sangatlah baik kepada hambaNya apabila mereka terus meminta kepadaNya dan selalu bersungguh-sungguh. Saya juga berharap agar semua usaha saya untuk bisa berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tidak saya sia-siakan ketika nanti menempuh kegiatan belajar disana. Saya berharap untuk dapat menjadi lulusan terbaik nantinya dan dapat menjadi dokter yang bisa mengabdi kepada rakyat yang membutuhkan. Saya berharap juga agar tidak menjadi orang yang “gila kerja” dan terbutakan oleh uang.
Untuk semua keluarga, saya harap dapat mendukung saya dalam menempuh kehidupan perkuliahan dan setelah menjadi dokter kelak nanti. Semoga saya nantinya dapat membanggakan seluruh keluarga besar dan teman-teman. Saya juga berharap agar dapat menjadi sosok yang berguna bagi seluruh masyarakat di Indonesia bahkan dunia. Semoga seluruh masyarakat menjadi masyarakat yang peduli akan kesehatan dan menyadari pentingnya menjaga kesehatan. Saya harap juga pemerintah dapat memperluas jangkauan unit kesehatan di seluruh indonesia untuk rakyat yang benar-benar membutuhkan namun tidak mampu.
Untuk semua teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019, semoga kita bisa menjadi lulusan yang membanggakan dan membawa nama baik dan mengharumkan almamater kita, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Semoga kita semua lulus tepat waktu dan selalu menjaga kedekatan hingga tua nanti. Saya juga berharap agar semua siswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019 dapat saling membantu ketika sulit, menghibur ketika berduka, dan ikut senang ketika ada kabar membahagiakan.
Setelah diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya berencana dalam 1 tahun semoga bisa menerima semua pelajaran dengan lancar, aktif dalam organisasi mahasiswa, dan mendapat nilai-nilai yang memuaskan. Saya juga berharap agar memiliki banyak teman yang bisa saling membantu dalam kesulitan dan dapat menghibur ketika penat belajar. Saya juga berharap agar mudah beradaptasi di tahun pertama, berhubung masih dalam masa transisi dari jenjang Sekolah Menengah Atas. Dalam 3 tahun kedepan, saya berencana untuk mengerjakan skripsi dengan lancar dan mampu menyelesaikannya sebelum deadline. saya juga berharap agar mendapatkan ipk yang tinggi agar bisa mendapat gelar cumlaude ketika lulus nanti.
Rencana saya setelah 10 tahun, saya sudah tamat menempuh pendidikan S2 dan menjadi dokter spesialis. Dalam 20 tahun, saya berencana untuk membangun sebuah klinik terutama untuk masyarakat yang kurang mampu, demi menunjang kesehatan mereka. Tentu saja, saya berencana untuk membangun keluarga kecil yang bahagia juga pada waktu tersebut.
Untuk semua pembaca yang ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya berharap jalan kalian lancar. ingat, jangan mengejar ilmu untuk nilainya, melainkan untuk ilmunya. Terus berdoa dan berusaha karena usaha tidak akan menghianati hasil. Apabila jalan kalian memang di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, maka yakinlah bahwa Allah swt. akan memberi jalan. tetap semangat dan jangan mudah menyerah. You'll get what you work for.
Kommentare