NARASI PERJUANGAN -- VENESSA CHAI
- FKUI 2019
- Aug 19, 2019
- 8 min read
Halo semuanya! Perkenalkan, nama saya Venessa Chai, mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2019. Saya berhasil masuk fakultas kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Saya sendiri berasal dari Sumatera Utara, tepatnya di Kota Medan. Saya kakak tertua dari tiga bersaudara. Asal sekolah saya yaitu Sutomo 1 Medan, yang merupakan salah satu sekolah terbaik di medan. Saat kecil dulu, sekitar umur 4 tahun, saya pernah jatuh dari sofa saat menonton TV. Lalu, tulang selangka bahu kiri saya patah. Sehingga untuk mengangkat tangan saja terasa sangat sakit. Kemudian saya dibawa ke dokter oleh orang tua saya dan disana bahu saya di balut perban dengan erat dan diberi obat. Beberapa bulan kemudian, tangan saya sudah sembuh dan sudah dapat diangkat tanpa sakit. Disana, saya menyadari, saya ingin menjadi seperti pak dokter yang bisa menyembuhkan tangan saya. Namun seiring dengan waktu, saya menyadari, dokter itu tidak hanya sekedar untuk menyembuhkan tangan orang, tetapi dokter adalah seseorang yang mengorbankan seluruh hidupnya demi kemanusiaan, demi nusa dan bangsa, serta demi hidup banyak orang. Disanalah tekad saya untuk menjadi dokter semakin kuat. Saya juga ingin menjadi seseorang yang berguna bagi nusa bangsa, dan berguna bagi dunia ini. Dan tentu saja impian saya sama dengan impian kedua orang tua saya yang selalu mendukung apapun yang saya lakukan.
Lalu saat smp, saya mulai mencari-cari informasi tentang universitas yang memiliki fakultas kedokteran terbaik. Kemudian orang tua saya pun menyarankan saya untuk memilih universitas indonesia. Saya kemudian mengetahui bahwa ternyata fakultas kedokteran tertua di indonesia terdapat di universitas indonesia. Bahkan, universitas ini sendiri sudah ada sebelum indonesia merdeka, tepatnya tahun 1849. Dan sampai sekarang, universitas indonesia tetap eksis dan bahkan menjadi universitas terbaik di indonesia. Maka dari saat itu, saya bertekad untuk masuk ke fakuktas kedokteran Universitas Indonesia. Tentu saja perjuangan saya memasuki fakultas kedokteran universitas indonesia tidak mudah. Banyak suka dan duka yang mengiringinya.
Perjuangan saya pun dimulai. Saat itu saya mendengar kabar bahwa jalur masuk ke universitas indonesia dapat melalui jalur undangan, atau yang kita kenal dengan sebutan SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan jalur tes tertulis, atau yang kita kenal dengan sebutan SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Jalur SNMPTN tersebut hanya melihat nilai raport tanpa ada ujian tertulis. Sedangkan, jalur SBMPTN adalah jalur melalui ujian tertulis. Maka saya mencari informasi bagaimana sebenarnya sistem SNMPTN ini. Lalu saya juga mendapat info bahwa sekolah-sekolah yang banyak menerima undangan adalah sekolah negeri. Maka saat itu, saya sempat berencana untuk pindah ke SMA Negeri 1 Medan. Namun, atas nasehat orang tua, dan beberapa pertimbangan lainnya, akhirnya saya pindah ke SMA Sutomo 1 Medan. SMA Sutomo 1 Medan sendiri merupakan sekolah swasta, namun sekolah ini sudah terkenal memiliki background siswa-siswi yang berkualitas, sehingga setiap tahunnya, sutomo dapat menerima kuota SNMPTN lebih banyak dari sekolah swasta lainnya. SMA Sutomo 1 juga merupakan salah satu sekolah terbaik di Medan.
Kemudian, saya pun berusaha mendapatkan nilai yang tinggi dan menjaga nilai raport saya. Ada terbesit kabar juga bahwa nilai akhir raport kita harus memiliki grafik naik (nilai meningkat setiap semesternya) agar bisa melewati seleksi SNMPTN. Saat itu saya bersyukur, raport akhir semester saya selalu memiliki rata-rata 9 dan sedikit meningkat setiap semesternya, sehingga kesempatan saya untuk masuk lewat jalur SNMPTN pun terbuka lebar. Namun, saya tau, hanya dengan berharap pada SNMPTN saja tidak cukup. Karena tidak ada yang tau bagaimana cara penilaian dan tahapan saat diseleksi dengan jalur SNMPTN. Kadang, ada orang yang nilai raportnya bagus, tidak lewat seleksi SNMPTN, tetapi orang yang nilai raportnya tidak begitu bagus, berhasil lewat seleksi jalur SNMPTN. Sehingga banyak orang yang menyebut jalur SNMPTN itu jalur lucky draw. Oleh karena itu, saat kelas 3 SMA, saya pun memutuskan untuk masuk ke bimbingan belajar dan mulai belajar untuk mempersiapkan SBMPTN.
Namun, manusia tetaplah manusia. Manusia selalu berharap pada cara yang mudah tanpa usaha dan itu juga yang terjadi kepada saya. Saat saya kelas 3, saya memang belajar untuk SBMPTN, namun dalam hati kecil saya, saya selalu berharap mendapatkan jalur SNMPTN yang bisa didapat begitu saja tanpa ujian. Sehingga saya pun tidak belajar dengan sungguh-sungguh saat mempersiapkan SBMPTN, karena saya selalu berpikir bahwa saya akan lewat jalur SNMPTN dengan nilai raport yang sudah saya jaga selama ini. Lalu saat pengumuman SNMPTN tiba, yaitu sekitar bulan Maret, saya ternyata dinyatakan tidak lulus. Disana saya sempat bersedih dan merasa menyesal kenapa saya menyia-nyiakan waktu belajar saya dengan berharap kepada SNMPTN. Tapi saya tidak putus asa dan berhenti disana. Saya kemudian memiliki tekad baru yaitu berjuang mati-matian untuk mempersiapkan SBMPTN yang berlangsung antara bulan April sampai dengan bulan Mei.
Untungnya, SBMPTN kali ini memiliki sistem yang berbeda. Ujian untuk SBMPTN dinamakan UTBK (Ujian Tertulis Berbasis Komputer), dan setiap siswa dapat mengikuti ujian UTBK sebanyak 2 kali. Antara 2 UTBK itu juga ada selang waktu sekitar 1 bulan, jadi masih ada waktu untuk belajar. Kemudian hasil ujian yang dikeluarkan juga dalam bentuk nilai, bukan seperti tahun sebelumnya yang langsung mencantumkan lulus atau tidak lulus ke universitas yang kita inginkan. Saat pengumuman hasil UTBK pertama, nilai saya yang keluar sangat mengecewakan yaitu sekitar 620-an. Saya sempat merasa down, kecewa dan merasa malu dengan nilai tersebut, karena nilai tersebut sangat rendah apabila dibandingkan dengan nilai teman-teman saya. Oleh sebab itu, saya belajar lebih giat lagi untuk UTBK kedua. Setiap hari, siang dan malam, saya belajar terus sampai ke titik penghabisan. Dan memang, saat utbk kedua berlangsung, utbk tersebut terasa lebih gampang dibanding utbk pertama. Kemudian, nilai yang keluar pun sangat memuaskan, yaitu 753. Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Nilai saya adalah nilai yang paling tinggi di tempat bimbingan saya, dan sepertinya yang tertinggi di angkatan sekolah saya. Saya pun merasa sangat bangga sekali.
Lalu, saya pun mulai mengikuti survei-survei ranking nilai UTBK yang dibuat oleh berbagai lembaga-lembaga. UI sendiri menerima 72 orang ke dalam fakultas kedokteran melalui jalur SBMPTN. Dan menurut beberapa survei tersebut, saya masih termasuk ke dalam 72 orang tersebut. Tetapi saat itu, saya masih tidak begitu yakin apakah saya bisa masuk ke fakultas kedokteran Universitas Indonesia karena survei itu sendiri bukan survei resmi dari LTMPT (Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi). Alasan lain yang juga membuat saya bimbang adalah tidak semua orang mengikuti survei tersebut, jadi saya tidak tau dengan pasti berapa orang yang memiliki nilai lebih tinggi dari saya, dan juga tidak bisa dipastikan saya masuk ke dalam 72 orang tersebut. Selain itu, penilaian untuk masuk ke fakultas juga dikembalikan ke fakultas masing-masing sehingga tidak ada yang tau cara penilainnya. Ada terbesit kabar bahwa nilai yang diambil adalah nilai per-prodi, tetapi ada juga kabar bahwa nilai rata-rata lah yang diambil dalam penentuan nilainya.
Survei yang saya ikut sendiri merupakan survei yang menggunakan penilaian rata-rata. Akan tetapi, survei tersebut memang sudah sangat membantu memprediksi saingan kita dalam pilihan program studi dan universitas yang sama. Lalu saat itu, saya juga bimbang, universitas apa yang akan saya isi di pilihan kedua. Saya saat itu berencana mengisi pilihan kedua saya dengan fakultas kedokteran di Universitas Gadjah Mada atau Universias Padjadjaran. Namun saya tau, bahwa Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, maupun Universitas Padjadjaran merupakan deretan Universitas top pertama di Indonesia dan peminatnya sangat banyak. Kemudian, saya pun berdiskusi dengan orang tua saya dan berdiskusi dengan bimbingan belajar tempat saya belajar. Orang tua saya menyarankan saya untuk mengambil Universitas Sumatera Utara dan bimbingan belajar pun mengatakan hal yang sama. Oleh karena itu, saya pun memilih untuk mencari aman dan memilih universitas yang pasti bisa saya masuk yaitu Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara sendiri memiliki fakultas kedokteran yang termasuk peringkat top 5 dalam Indonesia dan tentu saja Universitas Sumatera Utara terletak di kota kelahiran saya sendiri sehingga letaknya tidak begitu jauh dari rumah. Maka saat itu, saya langsung mendaftar SBMPTN dengan pilihan pertama fakultas kedokteran Universitas Indonesia dan pilihan kedua fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara. Setelah itu, saya hanya pasrah menunggu hasil SBMPTN, sambil terus berdoa kepada Tuhan.
Hari pengumuman SBMPTN pun tiba, saat membuka website SBMPTN, terlihat kata LULUS di Pendidikan Dokter Universitas Indonesia. Saya langsung berteriak histeris sambil berlompat-lompat bersama orang tua saya. Rasanya tidak percaya berhasil masuk ke salah satu universitas tergengsi di Indonesia dan juga tidak percaya berhasil menggapai impian saya dan orang tua. Semua usaha belajar dan perjuangan saya serta kedua orang tua saya berhasil terbayarkan dengan berhasil masuk ke dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Bahkan yang lebih membanggakan lagi, saya satu-satunya orang dari sekolah saya yang berhasil masuk fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Dan juga satu-satunya orang yang berhasil masuk ke fakultas kedokteran Universitas Indonesia dari bimbingan belajar saya se-Sumatera Utara. Akan tetapi, saya tahu bahwa ini bukan akhir dari perjuangan saya, tetapi merupakan awal gerbang untuk memulai sebuah pejuangan yang lebih serius dalam pengabdian bagi Nusa dan Bangsa di bidang kesehatan. Dan saya pun satu langkah semakin dekat dengan impian saya.
Harapan terbesar saya yaitu saya dapat membanggakan kedua orang tua saya yang telah merawat saya dari kecil, mendidik saya dari kecil, melindungi saya dari kecil dan senantiasa memandu serta mendukung setiap jalan yang saya ambil. Dan saya tau harapan tersebut bisa tercapai ketika saya berhasil menggapai impian saya dikemudian hari.
Rencana saya satu tahun kedepan yaitu, semoga saya dapat beradaptasi dengan baik di kampus, mempunyai banyak teman, serta dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Rencana saya dua tahun kedepan yaitu, saya ingin aktif berorganisasi dan aktif mengikuti kompetisi-kompetisi perlombaan mengenai kedokteran. Semoga saya dapat mengharumkan nama baik Universitas Indonesia di tingkat nasional maupun internasional. Saya juga berharap saya dapat menjadi asisten dosen. Rencana saya tiga tahun kedepan yaitu dapat menyelesaikan skripsi saya tepat waktu dan dapat wisuda sebagai mahasiswa tingkat akhir. Dan tentu saja saya berharap dapat tamat dengan ipk minimal 3,5 dan berhasil menyandang predikat Cum Laude. Rencana saya lima tahun ke depan yaitu, saya berhasil menyelesaikan koas tepat waktu dan dapat melanjutkan studi saya ke program S2 mengambil spesialis. Rencana saya 10 tahun kedepan yaitu, saya telah berhasil menjadi seorang dokter yang pantas dan penuh dedikasi dalam membantu banyak orang, dan berhasil menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Serta berhasil membanggakan kedua orang tua saya.
Pesan saya untuk adik-adik yang ingin masuk fakultas kedokteran Universitas Indonesia yaitu teruslah berjuang, jangan patah semangat. Sama seperti saat saya mengetahui bahwa saya tidak masuk SNMPTN dan nilai UTBK pertama saya yang rendah, saya tidak putus asa tetapi malah semakin bersemangat dalam belajar. Dan hasilnya, nilai saya naik dengan drastis pada utbk kedua dan berhasil masuk ke fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Kemudian, adik-adik juga tidak boleh menunda-nunda waktu dalam belajar dan harus belajar dengan sepenuh hati. Sama seperti saat saya berharap pada SNMPTN dan menyia-nyiakan waktu saya karena tidak sepenuh hati dalam mempersiapkan SBMPTN. Saya tidak ingin kejadian ini berulang kepada kalian, adik-adik yang ingin masuk ke fakultas kedokteran universitas Indonesia. Namun, Ingatlah juga, tidak ada kata terlambat dalam memperbaiki kondisi. Siapapun kamu didunia ini, sejatinya tidak ada orang bodoh di dunia ini, yang ada hanyalah orang yang ingin belajar dan malas belajar. Jika kamu ingin belajar dan terus berjuang, kamu pasti berhasil mengapai impianmu. Mulailah belajar dari sekarang untuk mempersiapkan SBMPTN dan jangan terus menunda-nunda pekerjaan, serta hindari kata “nanti” dalam belajar. Jika kamu tidak mulai belajar dari sekarang, maka pesaing-pesaingmu akan mengejar kamu dan mengalahkan kamu. Pahami dan dalami materi yang akan diujiankan barulah kerjakan latihan soal. Jangan menghapal jawaban dari suatu soal, namun pahamilah bagaimana cara soal itu diselesaikan. Belajar dan berusahalah sendiri dan jangan mengandalkan orang lain untuk mengajarkannya kepadamu. Itulah pemenang yang sesungguhnya.
Sebelum mengakhiri narasi ini, saya ingin memberikan adik-adik sebuah kata-kata motivasi, yaitu: “jalan yang sulit, akan selalu berakhir ke tempat yang indah”. Jalan disini bukan berarti jalan raya, namun jalan disini berarti perjuangan kalian. Perjuangan kalian dalam menggapai impian kalian. Perjuangan kalian dalam suka maupun duka tetap kokoh meskipun badai menerjang kalian. Jadi ingatlah, jika kalian selalu berusaha dan berjuang demi menggapai sesuatu, suatu hari semua usaha tersebut pasti akan terbayarkan. Tetapi jika kalian tidak berusaha, melainkan hanya menunggu impian itu untuk datang, impian tersebut tidak akan pernah terwujud. Karena sejatinya, manusia lah yang harus datang untuk menjemput impian tersebut, agar ia bisa terwujud.
Akhir kata, saya ingin mengingatkan anda semua untuk jangan lupa berdoa disetiap kegiatan yang anda lakukan dan bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan-Nya.
Comments