top of page
Search

NARASI PERJUANGAN - WILLIAM KUSWANDI

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 18, 2019
  • 8 min read

Perkenalkan nama saya William Kuswandi, lahir di Rumah Sakit Pluit, DKI Jakarta pada tanggal 15 Mei 2001. Saya adalah anak ke 4 dari 3 bersaudara, yang terdiri dari 1 kakak laki-laki dan 2 kakak perempuan. Sejak kecil sampai Sekolah Menegah Pertama (SMP) saya bersekolah di Kanaan Global School yang terletak di Taman Surya, Cengkareng, Jakarta Barat. Kemudian saya berpindah ke Sekolah Santa Laurensia yang terletak di Tangerang, Banten untuk melanjutkan SMA (Sekolah Menengah Atas).

Selama berjalannya SMA dari kelas 10 dilanjut dengan kelas 11 sampai dengan kelas 12 saya selalu berjuang dengan sebaik-baiknya karena saya ingin menjadi seseorang dokter. Untuk menjadi seorang dokter sudah merupakan cita-cita saya sejak kecil. Kedua orang tua saya mengetahui hal itu dan mendukungnya, mereka juga adalah orang pertama yang memperkenalkan saya ke Universitas Indonesia atau dikenal sebagai UI. Mereka mengatakan bahwa kedokteran di Universitas Indonesia adalah yang terbaik, sehingga dari dulu saya memiliki motivasi dan keinginan untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Oleh karena itu, saya memiliki pandangan yang sangat positif terhadap Universitas Indonesia. Singkat cerita, pada masa SMA guru BK (bimbingan konseling) saya sering memberi informasi tentang perkuliahan serta mengundang almuni-alumni sekolah Santa Laurensia yang sedang berkuliah. Pada momen momen langkah guru BK kami mengundang seseorang mahasiswa dari Universitas Indonesia, dan dalam kesempatan emas tersebut kami dapat mendengarkan sharing pengalaman dan sistem edukasi yang ada di Universitas Indonesia, serta kesulitan dan tantangan yang akan dihadapi jika ingin masuk dan setelah masuk Universitas Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) juga pernah mengadakan acara Open House Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2017 sekitar bulan Oktober, dan setelah melihat-lihat kampus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang berada di Depok, saya semakin tertarik untuk masuk ke dalam Universitas Indonesia karena gedungnya besar, ruangannya sangat banyak dan desain bangunannya menarik. Di Open House tersebut juga merupakan pertama kalinya saya mendengar adanya UI Inter atau Universitas Indonesia Internasional yang lebih sering dikenal sebagai Kelas Khusus Internasional (KKI). Mendengar adanya Kelas Khusus Internasional yang dapat memberikan double degree kepada mahasiswanya, saya menjadi sangat tertarik untuk mengikuti kelas tersebut. Selama SMA saya pernah mengunjungi kampus kedokteran di Universitas Indonesia Depok sebanyak dua kali, yang pertama kalinya adalah Open House Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang saya sebut tadi dan yang satu lagi adalah saat lomba “National Medical and General Biology Competition, Social Campaign” atau sering dikenal sebagai NMGBC SOCA pada tahun 2018 bersama beberapa teman sekolah saya. Lomba tersebut diadakan oleh AMSA UI (ASEAN Medical Student Association Universitas Indonesia), salah satu dari berbagai ragam organisasi yang ada di Universitas Indonesia. Dengan mengikuti lomba NMGBC SOCA 2018 tersebut, pandangan dan wawasan saya terhadap kakak kakak tingkat dan organisasi-organisasi yang yang ada di Universitas Indonesia semakin banyak. Dengan segala hal itu, saya menjadi sangat yakin bahwa saya ingin sekali masuk Universitas Indonesia untuk belajar kedokteran karena pandangan saya terhadap Universitas Indonesia sangat positif baik dalam segi sosial, edukasi/akademik dan juga dalam segi organisasi.

Oleh karena saya ingin masuk ke Universitas Indonesia untuk belajar kedokteran, saya menjadi termotivasi dengan karena adanya kemauan tersebut. Tetapi seiring berjalannya waktu di masa SMA saya, sumber-sumber motivasi saya juga semakin bertambah, selama saya di SMA, kedua orang tua saya juga selalu mengatakan bahwa kalau bisa saya masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal tersebut juga menjadi salah satu motivasi saya (ingin membanggakan orang tua). Motivasi lain datang dari salah satu saudaraku yang tinggalnya di Singapore dan sudah bekerja dalam bidang bisnis. Dia saat mengetahui saya ingin menjadi dokter mengatakan bahwa saya harus bisa masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia supaya pengetahuan dan wawasan saya dalam bidang medis sangat luas dan dia berharap di masa depan saya bisa membantu dia karena di perusahaannya masih kurang orang yang mengerti hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan/medis. Teman-teman saya, terutama teman dekat, juga menjadi sumber motivasi yang besar, mereka selalu mendukung saya dan selalu memberi dorongan jika saya sedang lelah atau kehilangan motivasi. Salah satu guru wali kelas saya dan mentor selama saya berlomba juga sering mengatakan jika saya ingin masuk Universitas Indonesia saya harus berjuang dan setelah menjadi dokter jadilah dokter yang baik, tidak korup dan peduli kepada pasien. Kata-kata beliau juga menjadi salah satu motivasi besar selama perjuangan saya ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sumber motivasi lainnya yang berperan dalam mendukung saya untuk berjuang datang dari komunitas agama dan juga saudara-saudara dan teman.

Perjuangan untuk masuk ke dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sangat amat tidak mudah, banyak sekali masa-masa dimana saya menjadi sangat down dan ingin menyerah. Banyak sekali jalur jalur yang saya tempuhi untuk coba masuk ke dalam universitas yang memiliki Fakultas Kedokteran yang terbaik di Indonesia. Selama SMA kelas 12 saya berjuang mati-matian untuk masuk ke dalam Universitas Indonesia. Langkah pertama yang saya coba adalah mencoba ikut SNMPTN (Seleksi Nilai Masuk Perguruan Tinggi Negri), untuk membatasi siswa yang ingin mengikuti jalur tersebut, sekolah saya terlebih dahulu melakukan seleksi melihat nilai-nilai siswa-siswi yang memiliki potensi lulus di SNMPTN. Mengikuti SNMPTN tersebut sendiri merupakan perjuangan oleh karena server yang sangat tidak stabil dan sering down atau full, setiap kali ingin mengecek nilai, meminta perbaikan nilai yang salah, mengupload dokumen lomba atau data-data pribadi, saya harus dengan penuh kesabaran menunggu hingga larut malam ataupun tengah malam. Bahkan terkadang di tengah malam saja servernya bisa nge-crash sendiri. Selain jalur SNMPTN, saya juga mengikuti jalur pemerintah satu lagi yang dikenal sebagai SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negri) melalui tes yang dikenal sebagai UTBK atau Ujian Tertulis Berbasis Komputer. Oleh karena di tahun ini SBMPTN memberi dua kali kesempatan untuk melakukna tes UTBK, saya memutuskan untuk mengikuti les BTA 08 di Tebet. Selain ingin mengikuti Universitas Indonesia Reguler, saya juga ingin mencoba untuk masuk ke Universitas Indonesia Kelas Khusus Internasional, sehingga saat ada Talent Scouting Universitas Indonesia, saya ingin mengikutinya. Akan tetapi pada saat itu saya belum memiliki sertifikat yang menyatakan bahwa saya bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan lancar, yang dibuktikan lewat sertifikat tes IELTS (International English Language Testing System) atau TOEFL (Test of English as a Foreign Language). Kepemilikan sertifikat salah satu dari kedua tes tersebut adalah syarat untuk mengikuti Talent Scouting yang diadakan oleh Universitas Indonesia, dan untuk mendapati sertifikat tersebut saya harus pertama mendaftar dan kemudian melakukan tesnya dan menunggu paling cepat seminggu untuk memperoleh sertifikat tersebut dan karena pas itu waktu saya sangat mepet, guru bimbingan konseling saya memutuskan untuk tidak memilih saya. Saya pada ujungnya memilih IELTS CBT (International English Language Testing System Computer Based Testing), salah satu cara baru untuk melaksanakan tes IELTS yang diadakan oleh British Council, tes tersebut merupakan salah satu perjuangan termudah saya untuk masuk Universitas Indonesia karena saya sudah terbiasa dengan menggunakan bahasa Inggris semenjak masa kecil. Perjuangan untuk UTBK merupakan salah satu perjuangan terberat saya, bukan hanya saya harus pergi ke BTA pada hari-hari libur, saya juga harus membebani orang tua untuk membiayai biaya les yang sangat mahal tersebut, saya juga merasa sangat lelah setiap hari karena harus mempelajari TPS (Tes Potensial Skolistik) dan TKA (Tes Kemampuan Akademik). Tes Potensial Skolistik sendiri terdiri atas 4 pelajaran yang berbeda: Bahasa Indonesia (BI), Bahasa Inggris, Matdas (Matematika Dasar) dan penalaran umum, sedangkan Tes Kemampuan Akademik terdiri dari mat saintek (Matematika sains dan teknologi), biologi, fisika dan kimia. Oleh karena tes UTBK diadakan di akhir bulan libur awal maka selama liburan saya harus pergi ke BTA untuk melakukan intensif belajar dari pagi sampai sore, hal tersebut sangat menguras tenaga dan waktu, saat teman-teman saya berpergian saya hanya bisa diam di rumah belajar. Pada hari dilaksanakannya UTBK saya juga harus berjuang untuk bangun dan pergi menuju tempat pelaksanaan tes yang saya pilih. Setelah mencoba menempuh segala jalur, saya tetap tidak masuk ke dalam Universitas Indonesia, hal tersebut sangat membuat saya stress dan pada akhirnya saya di hanya memiliki dua pilihan lagi yaitu untuk masuk ke kuliah cadangan saya yaitu Kedokteran UAJ (Universitas Katolik Atma Jaya) atau mengikuti tes mandiri dari UI, yaitu SIMAK (seleksi masuk) Universitas Indonesia Reguler ataupun Kelas Khusus Internasional. Oleh karena saya melihat ini sebagai kesempatan terakhir untuk dapat melanjutkan edukasi saya di universitas terbaik yang ada di Indonesia, saya menghabiskan seluruh tenaga yang tersisa untuk mengerjakan tes pada saat SIMAK UI, reguler dan Kelas Khusus Internasional. Banyak sekali orang yang mengatakan bahwa SIMAK merupakan tes yang sangat amat susah, jauh lebih susah dibanding dengan tes UTBK ataupun tes lainnya, dan mereka benar, bahwa tes SIMAK lebih susah dari UTBK akan tetapi karena saya sudah berjuang sebisa mungkin saya lebih percaya diri bahwa saya dapat lulus tes tersebut.

Setelah penolakkan dari SNMPTN, SBMPTN dan SIMAK Reguler, saya sebenarnya sudah kehilangan harapan masuk Universitas Indonesia. Pas pengumuman hasil dari SIMAK Kelas Khusus Internasional, saya sedang di tengah-tengah acara di Universitas Katolik Atma Jaya dan kebetulan sekali lagi acara agama dan handphone saya baterenya sisa 1%. Oleh karena kondisi yang tidak mendukung, saya meminta teman untuk membukanya dan setelah membukanya temanku dengan penuh gembira dan semangat memberikan kabar gembira. Walaupun sebelum membukanya saya sudah sangat pesimis karena sudah pernah ditolak berkali-kali sebelumnya, akan tetapi pada akhirnya saya keterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Kelas Khusus Internasional (FKUI-KKI). Hal tersebut membuat saya sangat amat senang dan membuat orang tua, saudara dan seluruh keluarga saya bangga terhadap saya. Teman-teman dekat saya juga patut bergembira mengetahui tentang hal itu. Walaupun saya sudah keterima dan senang, saya tetap ingat kepada agama saya dan saya mengikuti ibadah untuk mengucapkan syukur kepada Yang Mahakuasa.

Banyak sekali harapan yang timbul selama saya berproses menjadi mahasiswa kedokteran dan juga setelah diterima menjadi mahasiswa kedokteran di dalam Universitas Indonesia. Terutamanya adalah tentu saya berharap saya dapat menjadi seseorang yang memiliki karakter dan sikap yang lebih positif lagi, contohnya lebih rajin, lebih dapat bekerja dalam kelompok, lebih disiplin, lebih mampu mengatur waktu secara optimal, dan seterusnya. Selain itu saya, keluarga, guru dan teman-teman semua saya dapat menjadi dokter yang sukses akan tetapi sukses dari kejujuran, serta menjadi dokter yang baik dan benar, menjalani tugasnya dan tanggung jawabnya secara maksimal, juga dapat menentukan prioritas serta mengambil keputusan yang tepat. Saya juga berharap bahwa dengan saya menjadi dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya dapat membawa dampak yang positif kepada masyarakat dan jika bisa sedunia dalam bidang medis, supaya kualitas kehidupan rakyat akan semakin baik. Saya juga berharap bahwa angkatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019 dapat semakin solid dikedepannya serta saling peduli dan semuanya dapat lulus pada saat yang sama, tidak ada yang tertinggal atau ditinggal (saling membantu yang kesusahan, sukses diraih bersama). Masih ada banyak harapan lain akan tetapi harapan terakhir yang saya sebut adalah bahwa setelah lulus dan menjadi dokter, semoga angkatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia masih dapat tetap berhubungan dan saling kenal dan masih tetap ramah.

Satu tahun kedepan saya ingin sudah secara penuh beradaptasi dan sudah dapat mengenal semua anggota dari angkatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya juga berencana untuk memperoleh nilai yang maksimal sebanding dengan usaha yang saya akan berikan. Untuk tiga tahun kedepan, karena saya adalah mahasiswa Kelas Khusus Internasional, saya berencana untuk menuju England (United Kingdom/UK) untuk melanjutkan kegiatan akademis saya, serta saya berencana untuk secara cepat beradaptasi di England, seperti sudah ada koneksi secara sosial dan mengetahui tempat-tempat di England. Saya juga berencana untuk tetap giat belajar disana supaya dapat dengan konsisten mempertahankan nilai yang saya sudah peroleh, atau jika bisa saya akan berusaha untuk meraih nilai yang lebih bagus dibanding sebelumnya. Sepuluh tahun kedepan saya berencana untuk sudah dapat hidup secara mandiri sepenuhnya, seperti sudah dapat pekerjaan dan sudah mempunyai keluarga. Saya berencana untuk sudah memperoleh gelar spesialis saya di masa tersebut, saya juga berencana untuk berusaha melakukan sesuatu yang dapat memberi dampak positif kepada masyarakat dan lingkungan. Pada 20 tahun kedepan saya berencana untuk sudah memiliki hidup yang berkualitas dan juga sudah melakukan kontribusi kepada masyarakat atau sedang dalam proses tersebut.

Pesan saya untuk para adek kelas yang akan berjuang untuk masuk ke Universitas Indonesia adalah untuk tidak menyerah, berjuang dan jangan lupa berdoa. Jangan menyerah karena perjalanan dan proses masuk ke Universitas Indonesia sangatlah tidak mudah, akan ada penolakan, kegagalan dan kesedihan akan tetapi itu semua adalah bagian dari kehidupan dan prosesnya maka, janganlah menyerah, tetap berjuang. Berdoa juga penting karena, setelah kita selesai berusaha alangkah baiknya kita tidak lupa untuk mengucapkan syukur atau memohon bantuan kepada Yang Mahapengasih. Untuk menutup ini saya akan memberikan kata-kata mutiara yang saya gunakan sebagai motivasi kedokteran “saving the world, one soul at a time” (menyelamatkan dunia, satu jiwa satu waktu).

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page