NARASI PERJUANGAN -- WILLIAM NATHANIEL
- FKUI 2019
- Aug 16, 2019
- 8 min read
William Nathaniel adalah nama lengkap saya. Saya biasa dipanggil dengan nama Will atau William oleh orang lain, tetapi teman dekat saya memanggil saya dengan panggilan Mikwill. Panggilan tersebut memiliki sejarah tersendiri yang hanya beberapa dari teman saya yang mengetahui. Saya dilahirkan di jakarta, tetapi besar dari TK hingga SMA di Cirebon. SMAK PENABUR Cirebon adalah asal sekolah saya. Bisa dibilang PENABUR adalah sekolah favorit saya karena saya sudah bersekolah di PENABUR sejak dari TK hingga SMA. Di sanalah saya belajar banyak hal, mulai dari aspek akademik hingga aspek sifat dan kepribadian. Tetapi, semua hal tersebut sudahlah lewat, karena sekarang saya dapat dengan bangga mengatakan bahwa sekarang saya adalah bagian dari keluarga besar fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Puji Tuhan karena mahasiswa pendidikan dokter fakultas kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2019 adalah status saya saat ini.
Ketika orang mendengar nama Universitas Indonesia atau yang sering disebut dengan singkatannya ‘UI’, mayoritas orang akan memikirkan universitas nomor satu di Indonesia atau universitas tertua di Indonesia atau universitas dengan tingkat kesusahan diterima sebagai mahasiswa paling tinggi di Indonesia. Pandangan tersebut tidaklah berbeda jauh dengan pandangan yang saya miliki. Saya memiliki pandangan bahwa Universitas Indonesia adalah universitas terbaik di Indonesia. Tidak hanya terbaik, tetapi paling bergengsi pula karena sangatlah susah untuk mendapat status mahasiswa Universitas Indonesia.
Jika untuk diterima sebagai mahasiswa Universitas Indonesia sudah tergolong sulit, bagaimana dengan untuk bergabung dengan keluarga besar fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Tingkat kesulitannya bertambah sangat besar. Karena sudah merupakan pengetahuan umum bahwa peminat pendidikan dokter sangatlah banyak, tetapi biasanya kursi yang disediakan oleh universitas sangatlah sedikit dibandingkan dengan fakultas dan jurusan lainnya. Begitulah pandangan saya terhadap fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Masuk ke dalam fakultas kedokteran Universitas Indonesia sangatlah susah, hal ini dibuktikan dengan tingginya nilai terendah Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang didapat oleh mahasiswa yang diterima di fakultas kedokteran Universitas Indonesia dibanding fakultas maupun universitas lainnya. Tetapi hal tersebut memberikan keuntungan tambahan bagi mahasiswa Universitas Indonesia. Dikarenakan susahnya untuk diterima di fakultas kedokteran Universitas Indonesia, maka mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia tidaklah hanya mampu secara akademik, tetapi sudah memiliki ‘gengsi’ yang sangat berpengaruh dalam mendaftar kerja. Oleh karena itu, Universitas Indonesia adalah salah satu universitas paling banyak dipilih oleh orang-orang.
Motivasi saya untuk mendaftar ke fakultas kedokteran Universitas Indonesia sendiri memiliki sejarah yang panjang. Ketika saya kelas 1 sampai 3 SD, saya adalah murid yang bahkan tidak dilirik oleh guru untuk mengikuti lomba-lomba akademik seperti matematika dan IPA. Nilai 8 bagi saya sudah seperti anugerah. Saya selalu menempati posisi nyaris paling bawah di kelas setiap tahun. Orang tua saya pun mulai mencemaskan masa depan saya. Mereka mendorong saya untuk belajar setiap hari. Rutinitas belajar setiap hari pada awalnya terasa berat bagi saya. Kadang saya menangis ketika tidak diperbolehkan untuk bermain. Setelah menjalaninya beberapa bulan, saya mulai terbiasa dengan rutinitas baru saya ini. Nilai dan peringkat saya di sekolah pun mulai meningkat secara perlahan tapi pasti akhirnya saya masuk peringkat 3 besar di sekolah ketika saya kelas 4. Ketika saya kelas 4, mulai saya mengenal Olimpiade Sains Nasional (OSN). Lomba tersebut adalah lomba yang diadakan oleh pemerintah dan diikuti oleh siswa dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia. Bisa dibilang OSN adalah lomba terbesar dan paling bergengsi di Indonesia. Saya mengikuti OSN tingkat Sekolah Dasar bidang matematika dua kali dan dua kali pula saya gagal sampai ke OSN tingkat nasional. Langkah saya terhenti di tingkat provinsi.
Memasuki SMP saya pindah dari bidang matematika ke bidang biologi. Saya tertarik mempelajari biologi karena biologi adalah ilmu tentang makhluk hidup dan kita sendiri adalah makhluk hidup, sehingga banyak hal tentang kehidupan yang dapat dijelaskan menggunakan ilmu biologi. Selain itu, ketika membaca buku olimpiade biologi, saya mulai mengerti bahwa tubuh kita sangat kompleks dan menarik. Semakin banyak saya membaca, semakin banyak pula pertanyaan yang muncul. Contohnya adalah ketika saya kecil, saya tidak tahu kenapa setelah berputar-putar, kita merasa pusing, mual, penglihatan menjadi kabur, dan sulit menjaga keseimbangan. Seiring saya belajar biologi, saya mulai mengetahui bahwa hal itu ada hubungannya dengan organ yang mengatur keseimbangan di telinga. Tetapi, muncul pertanyaan baru seperti, mengapa hal itu terjadi? Apakah ada hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi efeknya? Tidak seperti matematika, pelajaran biologi membuat saya semakin penasaran semakin saya belajar. Ketika saya kelas 7, saya mengikuti OSN SMP bidang biologi, tetapi gugur pada tingkat provinsi. Satu tahun kemudian saya mengikuti kembali OSN SMP. Pada saat itu bidang biologi dan fisika sudah digabung menjadi satu, yaitu IPA. Tantangannya semakin berat, Saya tidak hanya harus belajar biologi tetapi harus belajar fisika juga. Hasil kerja keras saya pun berbuah ketika saya pertama kalinya dalam sejarah mengikuti OSN dapat lolos ke tingkat nasional. Saya berhasil membawa pulang medali perunggu saat itu dan berhak mengikuti seleksi dan pelatnas International Junior Science Olympiad (IJSO)
IJSO adalah lomba IPA terpadu untuk anak SMP bertaraf internasional. Saya sangat senang dan bangga dapat bersaing dengan siswa dari negara lain dengan membawa nama bangsa dan negara Indonesia. Tetapi hal tersebut tentu tidak mudah, bukan hanya karena materi yang lebih susah dan dalam, tetapi juga dengan beban mental bahwa sekarang saya membawa nama negara Indonesia. Kami berangkat lomba dengan mengenakan jas dengan bendera Indonesia di lengan kanan dan logo garuda di dada, membuat saya merasa bangga, sekaligus gugup. Akhirnya saya berhasil membawa pulang medali perak di Korea Selatan untuk negara kelahiran saya tercinta.
Memasuki SMA, saya tetap mengikuti lomba biologi. Olimpiade biologi pada tingkat SMA menjadi semakin menarik lagi karena soal-soal dibuat berdasarkan hasil riset-riset terbaru, sehingga saya mendapatkan pengetahuan dan perkembangan terbaru dari dunia biologi. Disini saya berhasil mendapatkan medali perak ketika ikut OSN biologi kelas 11. Ketika saya mempersiapkan olimpiade biologi SMA, saya menemukan banyak hal-hal menarik yang membangunkan ketertarikan saya dalam dunia kedokteran. Saya paling tertarik terutama pada anatomi dan fisiologi hewan dan manusia. Satu hal yang saya perhatikan bahwa semakin besar suatu makhluk hidup, maka semakin kompleks pula sistem organ tubuh makhluk hidup tersebut. Salah satu makhluk hidup terkompleks yang pernah saya temui adalah manusia. Keinginan untuk mendalami lebih lanjut tentang anatomi dan fisiologi tubuh manusia adalah salah satu alasan mengapa saya ingin menjadi dokter. Dan karena banyaknya lomba-lomba yang sudah saya ikuti, maka terbentuklah jiwa kompetitif dalam diri saya. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mendaftar ke fakultas kedokteran terbaik di Indonesia yaitu fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Tentu saja untuk masuk ke dalam fakultas kedokteran Universitas Indonesia sangatlah susah dan membutuhkan usaha dan pengorbanan yang sangat besar. Pengalaman dan ilmu yang saya dapat dari persiapan untuk lomba-lomba sangatlah membantu saya dalam mempersiapkan diri. Tetapi, hal tersebut saja tidaklah cukup menurut saya untuk mendapat kesempatan yang diidamkan oleh banyak siswa di seluruh Indonesia. Saya meluangkan banyak energi dan waktu mempersiapkan diri untuk tes UTBK dikarenakan saya tidak diterima melalui jalur SNMPTN dan saya terpaksa harus melalui jalur SBMPTN. Pengorbanan yang paling besar bagi saya adalah waktu. Di mana teman-teman saya bisa bermain, pergi liburan, kumpul-kumpul, saya justru menghabiskan banyak waktu saya untuk tinggal di rumah dan belajar materi-materi UTBK. Pengorbanan waktu yang paling saya rasakan adalah pada bulan Desember. Hal tersebut dikarenakan bulan Desember dikenal akan panjangnya libur akhir tahun, dimana kebanyakan orang banyak pergi berlibur. Bulan Desember ketika saya kelas 12 justru dihabiskan untuk menghabiskan soal-soal di buku persiapan tes UTBK. Ketika saya dan teman saya bertemu lagi di semester dua, ketika ditanya libur kemana saya, saya hanya dapat menjawab di rumah terus. Orang tua saya sendiri sangat mendukung saya dengan menawarkan saya untuk mengikuti bimbingan belajar yang sudah terkenal akan banyaknya murid bimbingannya yang berhasil masuk Universitas Indonesia. Tetapi, saya sudah memiliki banyak pengalaman dalam hal menghadapi soal. Saya pun yakin bahwa jenis soal SBMPTN adalah jenis soal yang hanya perlu banyak latihan soal, sehingga saya menolak tawaran tersebut. Saya percaya saya mampu untuk mendapatkan nilai yang cukup untuk masuk fakultas kedokteran Universitas Indonesia jika saya bekerja cukup keras.
Tiba pula hari ujian UTBK saya. Saya pun mengerjakan soal dengan semaksimal mungkin. Singkat cerita, ketika keluar nilai UTBK saya, saya mendapatkan nilai yang tinggi dibandingkan dengan nilai passing grade fakultas kedokteran UI tahun sebelumnya. Saya pun senang dan lega, tetapi ketika data statistik nilai UTBK dikeluarkan oleh lembaga penyelenggara UTBK, menciutlah keyakinan saya. Nilai-nilai tertinggi di setiap bidang sangatlah tinggi. Orang tua saya pun ragu-ragu apakah nilai saya cukup untuk diterima di fakultas tersulit di perguruan tinggi paling favorit di Indonesia. Ketika tiba hari pendaftaran SBMPTN, orang tua saya sempat memikirkan untuk membatalkan pendaftaran saya ke UI, dan menyuruh saya untuk mendaftar di universitas lainnya seperti UGM dan UNAIR. Tetapi, motivasi dan keinginan saya untuk masuk ke Universitas Indonesia besar dan saya tetap teguh pada pilihan saya yaitu Universitas Indonesia. Penantian yang lama pun akhirnya selesai, waktu yang ditunggu-tunggu oleh saya dan orang tua saya pun datang. Nasib masa depan saya pun diumumkan. Saya dengan sangat gugup memasukkan nomor ujian saya. Sunggu senang hati saya ketika saya membaca kalimat “Selamat anda diterima di UI jurusan Pendidikan Dokter”. Saya pun tidak dapat menahan kesenangan saya dan berteriak memanggil orang tua saya. Sungguh senang dan lega saya membaca pengumuman SBMPTN tersebut. Saya pun berhasil membuktikan ke orang tua saya bahwa saya mampu untuk diterima di FKUI dengan kerja keras sendiri.
Saya pun telah berhasil menggapai harapan saya untuk masuk ke dalam FKUI. Tetapi, saya tidak berhenti sampai di sana. Harapan saya yang tadinya adalah diterima di FKUI pun saya gantikan dengan harapan yang baru. Adapun harapan yang ingin diraih oleh saya bersama dengan keluarga besar FKUI adalah mendapatkan ilmu sebanyak mungkin dari dosen pengajar karena ini adalah kesempatan yang sangat langka. Saya juga berharap dengan diterimanya saya di FKUI, masa depan saya adalah masa depan yang cerah. Saya bercita-cita tidak hanya menjadi seorang dokter, tetapi menjadi seorang dokter yang hebat. Dokter yang memiliki keterampilan medis tinggi dan paham betul akan tugas seorang dokter. Saya pun berharap dapat meraih kejuaraan di bidang kedokteran pada saat kuliah di kampus ternama ini, dikarenakan saya memiliki jiwa kompetitif. Saya pun berharap dapat menjadi seseorang yang dapat membanggakan dan membahagiakan kedua orang tua saya, yang telah mendukung saya mencapai titik dimana saya berada sekarang. Saya pun berharap keluarga saya tetap mendukung saya selama saya menempuh pendidikan di kampus ini. Saya pun berharap dapat memberi sumbangan kepada masyarakat di sekitar saya. Dan terakhir adalah harapan saya kepada teman seangkatan FKUI. Saya di sini menjalani kehidupan mahasiswa fakultas kedokteran yang sulit bersama-sama dengan teman seangkatan saya. Dan yang saya maksud dengan bersama-sama bukanlah sekadar belajar di gedung yang sama, melainkan bersama-sama membantu satu sama lain dalam mendukung proses pembelajaran, karena tidak mungkin kita bisa bertahan di perjalanan yang berat ini seorang diri. Oleh karena itu, harapan saya untuk teman-teman seangkatan FKUI 2019 adalah agar saling memperhatikan dan mendukung satu sama lain dalam mencapai kesuksesan.
Adapun rencana saya dalam 1 tahun kedepan adalah agar saya dapat menjadi mahasiswa yang berprestasi, emenangkan lomba-lomba kedokteran, mendapat IPK 4.00. Saya pun ingin membentuk suatu kelompok belajar dengan beberapa teman saya agar dapat saling membantu dalam proses pembelajaran. Rencana saya dalam 3 tahun kedepan adalah agar saya dapat menyelesaikan kuliah kedokteran dengan baik dan mendapatkan tempat koas yang sesuai dengan keinginan saya. Saya pun masih memiliki rencana untuk mengikuti lomba-lomba, saya pun tertarik untuk mengikuti program-program yang ada di kampus seperti student exchange programme dan pengabdian diri di masyarakat. Rencana saya dalam 10 tahun kedepan adalah agar saya dapat melanjutkan spesialis saya di bidang yang saya inginkan dan saat ini saya tertarik di bidang ortopedi, tetapi siapa tau ke depan akan berubah ketertarikan saya. Rencana saya dalam 20 tahun kedepan adalah sudah menjadi dokter yang hebat. Menjadi seorang dokter yang memiliki reputasi baik dan memiliki beberapa penemuan pula. Saya juga berharap dapat menjadi dokter yang memberikan sesuatu kepada masyarakat.
Banyak teman saya yang menanyakan bagaimana saya bisa menjadi sepintar ini, banyak yang iri dengan pencapaian dan kesuksesan saya. Tetapi hal yang tidak mereka lihat dan sadari adalah seberapa besar pengorbanan yang saya lakukan. Seberapa berat hidup yang sudah saya jalani dari saat saya memulai karir lomba-lomba saya hingga saya dapat berada di titik saat ini. Saya belajar ketika yang lain tidak. Itulah kunci sederhana bagaimana saya bisa diterima di FKUI. Jadi bagi yang mau masuk ke dalam FKUI, kerja keras adalah suatu keharusan. Itulah pesan yang saya ingin bagikan bagi yang mau masuk ke dalam FKUI. Masuk FKUI memang susah, tetapi bertahan di dalam FKUI pun tidaklah mudah.
Adapun kalimat mutiara yang saya suka dan ingin saya bagikan adalah tidak ada kerja keras yang sia-sia.
Comments