top of page
Search

Perjuangan FKUI - Garry Soloan

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 8 min read

Narasi Perjuangan

Oleh: Garry Soloan


Hai! Perkenalkan, nama saya Garry Soloan, seorang mahasiswa baru di Universitas Indonesia bersekolah di SMA BINUS SCHOOL Serpong. Saya lahir pada 22 Januari 2001, di Bintaro, Jakarta. Menjadi anak sulung di dalam keluarga yang berisi 4 orang, saya adalah orang pertama di dalam keluarga besar yang memasuki fakultas kedokteran, sejak kakek saya menyelesaikan studi kedokterannya di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Ini adalah sebuah narasi mengenai perjuangan saya dalam bergabung dengan keluarga besar Fakultas Kedokteran Indonesia.

Bagi saya, merupakan sebuah mimpi yang terwujudkan, untuk bisa melanjutkan studi di salah satu institut terbaik di Indonesia dalam bidang kesehatan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia resmi berdiri sejak 2 Febuari 1950, karena bergabungnya dua organisasi yang sangat terpandang dalam bidang kesehatan, yaitu Geneeskundige Faculteit Nood-Universiteit van Indonesie dari pihak Belanda, dan Perguruan Tinggi Kedokteran Indonesia. Maka dari itu, saya sangat bersyukur dan terhormat mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang sangat ikonik ini, dan merupakan impian ribuan pelajar di Indonesia.

Salah satu pengalaman yang menarik perhatian saya terhadap dunia kedokteran, adalah serial TV ”House Md” yang penuh dengan kasus-kasus medik yang menantang, namun juga menarik untuk dipelajari. Terlebih dari itu, pekerjaan kakek saya sebagai dokter umum, juga telah memaparkan pribadi saya terhadap dunia kedokteran sejak muda.

Pendidikan dokter bukanlah jalur yang mudah, maka dari itu, saya telah berusaha memperkaya pengetahun saya tentang tantangan-tantangan yang akan saya lewati, dengan membaca beberapa buku tentang dunia kedokteran seperti

“This is Going to Hurt” oleh Adam Kay, yang menceritakan jerih payah dunia medis, dan bagaimana hal itu memengaruhi hidup pribadinya. Buku “When Breath Becomes Air” oleh almarhum Paul Kalanithi, merupakan sebuah bacaan yang merubah pandangan hidup; bagaimana memaksimalkan hidup kita dengan waktu yang kita punya? dalam karyanya, Paul menceritakan bagaimana menjadi penderita kanker paru-paru menghancurkan karirnya sebagai neurologis,seorang ayah dan suami. Namun, setelah menerima kenyataan dengan lapang dada, Paul tetap dapat membantu pasien-pasiennya, dan juga menyelesaikan sebuah riset. Kedua buku ini telah memberikan saya pandangan yang lebih luas terhadap dunia kedokteran, dan telah mempersiapkan saya untuk menjadi seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang lebih baik. Selain itu, saya juga telah menambah pengetahuan saya tentang tantangan dan bagaimana pengalaman dalam menjadi mahasiswa fakultas kedokteran. Saya beruntung untuk dapat kesempatan untuk melakukan kunjungan kepada National University of Singapore Yong Loo Lin School of Medicine. Dalam kunjungan ini, saya mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan beberapa mahasiswa kedokteran yang sedang dalam tahap Clinical Training. Dalam kesempatan ini, saya mendapatkan berbagai tips untuk menjadi seorang mahasiswa kedokteran, seperti pentingnya memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi, dan bagaimana mengaplikasikan materi-materi yang telah dipelajari selama pra-klinik, kedalam kasus-kasus di dunia asli. Partisipasi saya di National Medical and General Biology Competition 2018 di Universitas Indonesia juga mengajarkan saya beberapa sifat yang penting untuk dimiliki seorang mahasiswa kedokteran. Pada acara ini, saya mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan beberapa mahasiswa kedokteran tahun pertama, yang membagikan pengalaman mereka di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Salah satu hal yang saya pelajari adalah pentingnya bagi mahasiswa untuk menerapkan prinsip resilience dalam studinya. Dalam perkuliahan, sudah sangat mungkin bagi mahasiswa untuk menghadapi sebuah kegagalan. Menerapkan prinsip ini berarti kita tidak membiarkan kegagalan mematahkan semangat kita untuk belajar. Dengan berbagai tugas yang akan diberikan, seorang mahasiswa kedokteran harus memiliki kesadaran untuk belajar dari kesalahan dengan cepat, dan memiliki ambisi untuk segera kembali memberikan yang terbaik dalam pekerjaan mereka selanjutnya.

Dengan niat saya yang sudah bulat untuk berkarir di dunia medis, saya pun mendaftarkan diri saya ke beberapa Fakultas Kedokteran, termasuk di luar dan di dalam negeri. Saya mendaftarkan diri saya ke dalam beberapa medical school di Inggris, seperti Imperial College London, University of Leeds, University College London, dan juga Brighton & Sussex Medical School. Namun, keempat aplikasi saya tidak berhasil. Di Indonesia, saya telah mendaftarkan diri saya kepada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Universitas Udayana, melalui jalur SBMPTN. Namun, kedua aplikasi saya juga belum berhasil.

Di tengah berbagai kegagalan, saya memegang teguh beberapa ide. Pertama, bahwa kegagalan adalah salah satu cara bagi kita untuk belajar, dan kedua, bahwa ada juga teman-teman saya yang juga gagal, namun tidak menyerah, bahkan ada beberapa yang mengulang di tahun berikutnya. Sebenarnya, saya sempat terlena karena telah berhasil mendapatkan tempat di University of Manchester, untuk Bachelor of Biomedical Sciences. Namun, saya pun bersikeras untuk tetap menjadi seorang dokter, dan menentukan untuk mencoba mendaftar kepada Fakultas Kedokteran Indonesia melalui jalur SIMAK. Bukanlah hal yang mudah untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian SIMAK, terlebih lagi karena kurikulum SMA yang berbeda dengan materi yang diuji dalam SIMAK. Namun, saya tetap memberikan yang terbaik, dengan mempelajari berbagai ujian SIMAK tahun-tahun ajaran sebelumnya, dengan harapan dapat mengenal ujian SIMAK dengan lebih baik. Selang beberapa hari setelah ujian SIMAK, saya mendapat informasi dari pihak sekretariat Universitas Indonesia, bahwa saya telah berhasil melewati tahap ujian SIMAK, dan akan melakukan Multiple Mini Interview serta Minnesota Multiphasic Personality Inventory Test sebagai tahap lanjut penyaringan calon kandidat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya merasa sangat senang, namun tetap menahan diri dan mengingatkan diri sendiri untuk mempersiapkan diri menghadapi tahap seleksi selanjutnya. Untuk mempersiapkan diri menghadapi Multiple Mini Interview, saya mencari tujuan dari wawancara tersebut, dan juga juga kualitas-kualitas yang dicari oleh pewawancara. Tipe wawancara ini cukup menantang, karena waktunya yang singkat dengan seorang pewawancara berarti akan susah bagi kita untuk membuat kesan terhadap sang pewawancara. Namun, saya tetap memberikan yang terbaik dalam persiapan saya, dan juga saat wawancaranya.

Selang beberapa minggu kemudian, 5 Agustus pun tiba. Pada jam 14.00, pengumuman hasil SIMAK pun tiba, dan saya sangat gembira ketika melihat nama saya sebagai calon mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019. Sesungguhnya, hari itu merupakan hari yang sedikit membingungkan untuk diri saya, karena saya selalu ingin menjadi seorang dokter, namun juga memiliki impian untuk melanjutkan studi saya di luar negeri. Namun pada akhirnya, keinginan saya untuk menjadi dokter mengalahkan keinginan saya untuk berkuliah di luar negeri, dan saya pun memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dalam kurun waktu 6 tahun yang akan saya gunakan untuk menyelesaikan pendidikan dokter, saya memiliki harapan agar dapat berkembang menjadi seorang dokter yang dapat memajukan kesehatan rakyat Indonesia, dan juga dapat berkembang menjadi individu yang berpengetahuan luas, terutama melalui satu tahun yang akan saya habiskan di luar negeri, mempelajari bagaimana teknologi dan budaya negeri luar dapat kita gunakan untuk memajukan kesehatan Negeri Indonesia. Ketika masa SMA, saya mendapatkan kehormatan untuk merepresentasikan sekolah saya dalam berbagai acara, seperti menjadi delegate dalam International Young Leader’s Forum, yang diselenggarakan di Cheonan, Korea Selatan, pada taun 2017. Selebihnya, saya juga mendapatkan kesempatan untuk merepresentasikan sekolah saya dalam National Medical and General Biology 2018 di Universitas Indonesia. Saya berharap, saya akan mendapatkan kesempatan untuk mewakili Universitas Indonesia dalam berbagai ajang, baik akademik maupun delegasi, dan di dalam negeri atau di luar negeri.

Bagi keluarga saya, saya berharap mereka akan senantiasa menemani saya dalam perjalanan saya yang panjang ini, dan akan membimbing saya melalui berbagai rintangan hidup yang akan saya alami, baik akademis, sosial, maupun finansial.

Bagi masyarakat, saya berharap mereka akan turut serta membimbing kami para calon dokter dalam perjalanan menjadi seorang profesional dalam dunia medis. Saya harap para anggota masyarakat akan bersifat kooperatif, seperti bersikap jujur saat dokter melakukan diagnosis, dan mengerti bahwa dokter juga dapat membuat kesalahan, dan tidak sempurna.

Bagi angkatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019, saya berharap kita semua akan dapat meraih impian-impian kita, dan akan berhasil dalam menjalani pendidikan dokter di Universitas Indonesia. Saya juga berharap bahwa kita akan menjadi lebih dari angkatan, namun menjadi sebuah keluarga kedua sampai kita sudah tua nanti. Saya berharap tahun-tahun kita belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia akan menjadi memori yang dapat kita kenang selamanya. Saya juga berharap kita akan menjadi angkatan yang dapat mengharumkan nama dokter di Indonesia, dan dapat menembus batas saintifik dalam dunia medis melalui berbagai riset, yang dampaknya akan memengaruhi baik Indonesia, dan juga negara-negara lain.

Secara pribadi, dalam 1 tahun kedepan, saya berencana untuk menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang aktif, dan saya juga tertarik untuk mengikuti berbagai organisasi seperti Stunica, Asian Medical Student Association (AMSA) dan Centre for Indonesian Medical Student (CIMSA). Saya juga berharap dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kepanitiaan, seperti menjadi panitia untuk National Medical and General Biology Competition selanjutnya. Dengan mengikuti berbagai aktivitas mahasiswa ini, saya berharap dapat mengasah Leadership Skills , sekaligus soft skills yang nantinya akan berguna di dunia profesional sebagai dokter. Dalam tahap-tahap awal sekolah kedokteran ini, saya juga berharap dapat membangun fondasi pengetahuan yang kokoh, agar dapat membangun pengetahuan medis yang luas dalam tahun-tahun yang mendatang.

Dalam 3 tahun kedepan, mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2019 akan memasuki tahun ke-empat dalam studinya, dan akan melanjutkan kuliah di luar negeri, Inggris dan Australia, untuk mendapatkan gelar ganda. Saya secara pribadi berharap dalam tahun ini, saya berharap dapat memanfaatkan kesempatan emas ini semaksimal mungkin, dengan mempelajari berbagai teknologi medis luar negeri, dan bagaimana kita dapat memanfaatkannya demi kemajuan teknologi medis Indonesia. Saya juga berharap kesempatan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan medis saya, namun juga pengetahuan umum. Selama satu tahun ini, saya berharap dapat mempelajari berbagai budaya dan kultur yang dapat menjadikan saya seorang dokter yang lebih profesional, dan memiliki wawasan yang lebih luas. Jika memungkinkan, saya ingin mendapat gelar ganda saya dari University of Melbourne, karena mereka memiliki reputasi yang sangat tinggi dalam dunia medis internasional, menempati urutan ke-17 untuk pendidikan dokter, (QS World Ranking for Medicine 2019) dan peringkat ke 21 untuk Life Sciences & Medicine.

Dalam 10 tahun kedepan, saya berharap bahwa diri saya sudah mulai melaksanakan pelatihan spesialis. Saat ini, bidang onkologi merupakan area yang sangat menarik untuk dipelajari. Menurut saya, spesialis onkologi akan sangat dibutuhkan di masa depan karena banyaknya hal yang masih belum diketahui sampai saat ini. Namun, kita juga harus tetap optimis, dengan banyaknya penemuan-penemuan yang menjanjikan, seperti teknologi CAR-T Cell Therapy, (Chimeric Antigen Recepto - T Cell) membuahkan hasil hasil yang menjanjikan tentang masa depan Onkologi. Teknologi ini menggunakan limfosit T sang penderita kanker sendirinya, dan menggunakan teknologi Gene Editing, protein reseptor pada limfosit T dapat memiliki bentuk yang komplementer dengan protein pada permukaan sel-sel kanker. Namun, tantangan masih ada dalam mengimplementasikan teknologi ini, terutama, infrastruktur yang dibutuhkan untuk metode pengobatan ini masih membutuhkan biaya yang sangat mahal, yang berarti untuk saat ini, metode ini hanya dapat diakses oleh sebagian kecil masyarakat, dan juga masih sedikit rumah sakit di dunia yang mampu memberikan pengobatan ini. Saya berharap, saya dapat berkontribusi kedalam dunia onkologi, dan memajukan pengetahuan medis dalam bidang ini.

Dalam 20 tahun ke depan, saya berharap saya sudah dapat mewujudkan impian saya untuk berkeluarga. Dalam dunia medis, saya berharap saya dapat tetap berkontribusi, melalui cara seperti menjalankan praktek spesialis, atau dalam bidang akademik, seperti menyalurkan ilmu saya dengan menjadi sebuah pengajar di sebuah fakultas kedokteran. Menurut saya, ini adalah cara bagi saya untuk tetap memajukan bidang kesehatan di Indonesia, meskipun bertambah tua. Saya juga memiliki ide untuk berbagi pengalaman dan keahlian di bidang kesehatan melalui karya sastra. Saya berharap, saya akan dapat menulis buku yang kelak akan memiliki pengaruh besar dalam dunia medis.

Bagi teman-teman yang ingin masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, baik mereka yang lebih muda, dan kawan kawan seangkatan yang mencoba untuk kedua kalinya, saya ingin menyampaikan, berjuanglah sampai garis akhir, dan jangan menyerah karena kegagalan! Pada awalnya, saya merasa saya memiliki kesempatan yang sangat kecil untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dibandingkan dengan mereka yang telah melalui persiapan khusus seperti kursus bimbel. Namun, dengan dedikasi dan ketekunan saya yakin siapapun akan memiliki kesempatan untuk menjadi seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya secara pribadi, mengenal seorang individu yang telah gagal untuk masuk Fakultas Kedokteran pada saat pertama kali dia mencoba, namun, ketika dia mencoba lagi di tahun berikutnya, dia berhasil. Saya secara pribadi terkagum dengan dedikasi dan sifatnya yang pantang menyerah, dan turut senang karena dia telah berhasil mencapai impiannya untuk melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran. Bagi teman teman yang telah gagal dalam seleksi masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ingatlah kata kata almarhum John F. Kennedy. “When written in chinese, the word crisis is composed of two characters. One represents danger and the other represents opportunity” maka dari itu, saya mengajak kawan kawan untuk memandang kegagalan sebagai kesempatan untuk menjadi seorang pribadi yang lebih baik lagi, dan tidak menyerah!

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

留言


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page